Apakah Seseorang Yang
Sudah Diselamatkan Dapat Meninggalkan Iman dan Terhilang
(Dr. Steven Einstain Liauw, Purek Akademis Graphe International Theological Seminary, Gembala GBIA Graphe)

Seharusnya kita sebagai orang percaya
selalu menjadi hamba kebenaran, sebagaimana Paulus katakan: “Karena kami tidak
dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran”
(2 Kor. 13:8). Jika anda hanya mencari cara untuk membenarkan apa yang anda
selama ini percayai, atau apa yang diajarkan pada anda, maka mata anda tidak
akan pernah terbuka. Saya sendiri pernah diajar dan pernah percaya bahwa
“sekali diselamatkan, kamu tidak bisa meninggalkan iman.” Saya berusaha untuk
mempertahankan ajaran ini mati-matian, sampai akhirnya saya tidak dapat lagi
menutup mata pada banyaknya bukti Alkitab bahwa hal tersebut tidak benar. Nah,
berikut ini adalah rangkuman dari penyelidikan saya mengenai topik ini, dari
Alkitab.
Pertama-tama, marilah
kita memperhatikan beberapa hal mendasar mengenai keselamatan. Saya akan
paparkan ini dalam bentuk poin-poin, dan setiap poin akan membangun di atas
poin sebelumnya, sehingga kebenaran tentang hal ini dipaparkan bukan saja
secara Alkitabiah, tetapi juga sistematis.
1. Keselamatan adalah
karena Kasih Karunia Allah, dan didapatkan melalui Iman
Pertama-tama, saya berasumsi bahwa anda
bukanlah seorang Hiper-Kalvinis. Seorang Hiper-Kalvinis meyakini bahwa manusia
sama sekali tidak memiliki tanggung jawab dalam hal keselamatannya.
Hiper-Kalvinis (walaupun banyak yang mengajarkan Hiper-Kalvinisme, jarang ada
yang mau mengaku sebagai Hiper-Kalvinis) percaya bahwa Allah menyelamatkan
manusia dengan cara memaksa kehendak manusia tersebut (manusia tidak punya
kehendak bebas), dengan Irresistible Grace (Kasih Karunia yang tak dapat
ditolak). Jadi, pada intinya, menurut mereka sebagian manusia dibuat menjadi
percaya oleh Allah karena mereka orang pilihan, sedangkan yang lainnya tidak
dapat percaya karena mereka non-pilihan.
Puji syukur pada Tuhan, mayoritas
pembaca Alkitab yang masih waras, dapat melihat bahwa Allah menuntut tanggung
jawab manusia untuk bertobat dan percaya pada Yesus Kristus sebagai syarat mendapatkan
keselamatan yang telah Kristus sediakan karena kasih karuniaNya. Oleh sebab
itulah, Efesus 2:8-9 menyatakan dua hal sebagai komponen kunci dalam
keselamatan, yaitu kasih karunia dan iman. Kasih karunia adalah komponen dari
pihak Allah, dan iman adalah komponen dari manusia. Agar seseorang
diselamatkan, Allah harus memberikan kasih karuniaNya (yang sudah Ia lakukan),
dan orang tersebut harus percaya atau dengan kata lain beriman. Ingat bahwa
iman bukanlah “membantu Allah” dalam proses keselamatan, tetapi adalah menerima
kasih karunia Allah.
2. Iman adalah syarat
keselamatan, bukan perbuatan
Kepala penjara Filipi bertanya, “apakah
yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” Paulus menjawab, “Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus.” Ini tidak berarti bahwa kita diselamatkan karena
perbuatan atau pekerjaan. Seseorang harus percaya (beriman) untuk mendapatkan
keselamatan. Keselamatan (termasuk di dalamnya pendamaian dari dosa,
pembenaran, kelahiran kembali, dan seluruh paket keselamatan) disediakan untuk
semua umat manusia oleh Kristus (1 Yohanes 2:2), tetapi hanya diterapkan kepada
mereka yang percaya (Yoh. 3:16).
Jadi, mengatakan bahwa “engkau harus
percaya (beriman) untuk dapat diselamatkan,” bukanlah Keselamatan-karena-usaha.
Hal ini jelas terlihat dari Roma 4:2-9. Karena iman Abraham, Allah
memperhitungkannya sebagai orang benar, dan iman ini tidak sama dengan
“perbuatan.” Harus diperjelas di sini, bahwa iman adalah syarat keselamatan
bukan dasar keselamatan. Iman tidak membuat kita layak masuk surga, tetapi
adalah syarat yang Allah sendiri tentukan untuk mendapatkan keselamatan yang
berdasar pada kasih karuniaNya dan pekerjaan Yesus Kristus yang telah selesai
di kayu salib.
3. Karena Iman adalah
Syarat untuk mendapatkan Keselamatan, maka Iman juga adalah Syarat untuk Tetap
dalam Keselamatan
Pertanyaannya berpusat di poin ini.
Alkitab cukup jelas, bahwa ada syarat untuk mendapatkan keselamatan – iman!
Nah, kalau begitu, adakah syarat untuk tetap di dalam keselamatan ini? Jika
kita menyelidiki Alkitab, maka jawabannya jelas: ada, yaitu – iman!
Beberapa ayat Firman Tuhan yang
mengajarkan hal ini dengan sangat jelas:
ù “Oleh Injil itu kamu diselamatkan,
asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu
kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.” (1 Kor. 15:2)
ù “tetapi Kristus setia sebagai Anak
yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada
akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.”
(Ibrani 3:6)
ù “Karena kita telah beroleh bagian di
dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada
keyakinan iman kita yang semula.” (Ibrani 3:14)
ù “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup
oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan
kepadanya.” (Ibrani 10:38)
ù “sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam
tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak
bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Sebab itu kamu harus bertekun dalam
iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan
Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di
bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.” (Kol.
1:22-23)
Sungguh mengherankan bagi saya bahwa ada
orang-orang yang berani berkata bahwa tidak ada syarat untuk mendapatkan
janji-janji keselamatan Allah dan berkat-berkat dalam keselamatan! Alkitab
sangat jelas. Kata “jika” dan “asal” tidak terlalu sulit dimengerti. Toh mereka
hanya terdiri dari empat huruf, dan kata-kata itu mengindikasinya adanya suatu
syarat!! 1 Korintus 15:2 berkata, “Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu
teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu kecuali kalau
kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.” Bagian mana dari ayat ini yang sulit
untuk dimengerti?
Paulus mengajarkan bahwa orang Kristen
harus tetap percaya pada Injil yang telah ia beritakan, agar keselamatan yang
telah mereka terima tetap diterapkan pada mereka. Jika mereka tidak percaya
lagi, maka kepercayaan mereka yang pertama akan sia-sia. Pengajaran ini
sedemikian jelas, sehingga orang yang hendak menolaknya harus melakukan
akrobatik penafsiran sedemikian rupa untuk memutarbalikkan artinya.
Alkitab mengajarkan hal ini dengan
begitu jelas, saya sering rindu semua doktrin diajarkan sejelas ini dalam
Alkitab. Jadi, iman bukan hanya syarat untuk mendapatkan keselamatan, tetapi
juga adalah syarat untuk tetap dalam keselamatan, dan menerima fase akhir dari
keselamatan kita: kemuliaan di Surga bersama Kristus!
Nah, orang-orang yang
percaya “sekali selamat tetap selamat” (SSTS, tanpa peduli orang itu
beriman atau tidak), mereka akan mengatakan bahwa apa yang percaya adalah
“keselamatan karena usaha manusia.”
Tetapi hal ini tidak benar. Syarat
keselamatan adalah iman, bukan usaha!! Dan Alkitab membedakan antara keduanya.
Ada orang yang mengajarkan bahwa kalau anda jatuh dalam dosa, maka
keselamatanmu hilang.
Pengajaran ini juga bertentangan dengan
Alkitab! Satu-satunya cara kehilangan keselamatan adalah dengan meninggalkan
iman yang telah menyelamatkanmu! Semua dosamu telah diperdamaikan oleh Yesus!
Jadi, tidak ada dosa yang dapat membuat kita terhilang lagi. Tetapi, Allah
menuntut iman agar pendamaian ini diterapkan pada setiap inpidu. Iman adalah
syaratnya. Jika kita melangkah keluar dari iman, maka hak kepada hidup yang
kekal dibatalkan, sebagaimana diajarkan dengan jelas dari perikop berikut:
ù “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka,
Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau
lagi dikenakan kuk perhambaan. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu:
jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
Sekali lagi aku katakan kepada setiap
orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat;
kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita
menantikan kebenaran yang kita harapkan.” (Gal. 5:1-5)
ù “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup
oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan
kepadanya.” (Ibrani 10:38)
ù “Sebab mereka yang pernah diterangi
hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian
dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan
karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin
dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka
menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.”
(Ibrani 6:4-6)
ù “yang telah menyimpang dari kebenaran
dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian
merusak iman sebagian orang.” (2 Tim. 2:18)
ù “Sebab jika mereka, oleh pengenalan
mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri
dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya
keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka adalah
lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada
mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan
kepada mereka. Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini:
“Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.”
(2 Petrus 2:20-22)
Jadi, penyelidikan yang jujur dan
terbuka atas Firman Tuhan, menempatkan iman sebagai syarat mendapatkan dan
terus di dalam keselamatan, dan hal ini membuka kemungkinan bagi mereka yang
sudah selamat (sudah memiliki iman) untuk meninggalkan iman (dan terhilang).
Pendukung
SSTS suka menunjuk
pada ayat-ayat yang mengandung janji-janji yang indah dari Allah, dan
mengatakan bahwa pada ayat-ayat ini tidak tercantum adanya syarat. Sebenarnya,
harus dimengerti bahwa Alkitab itu adalah satu kitab. Allah tidak perlu
mengulangi hal yang sama dalam setiap ayat. Jika sudah jelas tercantum dalam
ayat-ayat yang kita bahas di atas, bahwa tinggal dalam iman (tetap percaya
Yesus) adalah syarat untuk keselamatan, maka Allah tidak perlu mengulangi
syarat ini setiap kali Ia memberikan sebuah janji. Sekali syarat itu sudah
dinyatakan dengan jelas di minimal satu perikop (dan dalam Alkitab terdapat
banyak), maka syarat itu tentunya berlaku pada semua perikop dalam Alkitab.
4. Semua Berkat yang
Terkait dengan Keselamatan Adalah Milik Saya Karena Saya Ada Dalam Kristus
Banyak pendukung “sekali selamat tetap
selamat” (SSTS), menggunakan argumen-argumen yang bersifat emosional, yang
sesungguhnya tidak lulus jika dicermati secara Alkitabiah. Mereka menggunakan
argumen seperti: “Agar saya dapat kehilangan keselamatan saya, saya harus
merebut jiwa saya sendiri dari tangan Allah, membongkar meterai Roh Kudus,
menyangkal bahwa saya anak Allah, membatalkan kewargaan saya di surga, dan
lain-lain.” Argumen seperti ini menunjukkan salah pengertian yang mendalam
tentang gambaran yang sebenarnya di mata Allah.
Alkitab mengatakan bahwa semua berkat
yang kita miliki, kita miliki dalam Kristus! “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan
kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala
berkat rohani di dalam sorga” (Ef. 1:3). Bacalah Efesus 1:1-14, dan penekanan
perikop itu adalah tentang apa yang kita miliki “dalam Kristus,” termasuk semua
berkat, pemilihan kita, status kita sebagai anak, penebusan, pengampunan dosa,
dan meterai Roh Kudus. Kita memiliki semua ini bukan karena kehebatan kita
sendiri ataupun karena kita layak, tetapi karena kita berhubungan dengan
Kristus. Dengan kata lain, ketika Allah Bapa melihat kita, Ia melihat kita
sebagai anak-anakNya, bukan karena sesuatu dalam diri kita sendiri, tetapi
karena kita terhubung dengan Kristus. Baca Galatia 3:29 “Dan jikalau kamu
adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak
menerima janji Allah.” Perhatikan kata “jika”!! Jika kamu milik Kristus, kamu
memiliki semua janji Allah. Jadi, barangsiapa tidak ada di dalam Kristus, maka
ia tidak memiilki janji-janji itu. Pertanyaannya ialah, bagaimanakah kita bisa
berada dalam Kristus atau terhubung dengan Kristus? Jawabannya adalah dengan
iman!!
Kristus disebut Adam kedua. Kita
terhubung dengan Adam pertama melalui proses kelahiran, dan kita akan mati
karena hubungan kita kepada Adam pertama itu. Kita dapat terhubung pada Adam
Kedua, bukan melalui kelahiran, tetapi melalui iman (kelahiran kembali). Jadi,
kondisi berada dalam Kristus, itu bergantung pada iman kita padaNya. Jika kita
tidak memiliki iman, kita tidak ada dalam Kristus. Mereka yang beriman adalah mereka
yang ada dalam Kristus. Efesus 3:17 sangat jelas, “sehingga oleh imanmu Kristus
diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.” Alkitab
penuh dengan referensi bahwa kita berada dalam Kristus, atau terhubung dengan
Kristus, melalui iman.
Jadi, sungguh adalah
kesalahpahaman jika ada yang berkata, “kamu tidak dapat terhilang lagi, karena
kamu adalah anak Allah, kamu memiliki kewargaan surga, dll.” Argumen seperti
ini seolah-olah menyatakan bahwa semua berkat tersebut adalah sesuatu yang
melekat pada diri saya karena diri saya sendiri. Tetapi Alkitab berkata bahwa
di luar Kristus, kita bukanlah apa-apa dan tidak dapat melakukan apa-apa (Yoh.
15:4-5). Jadi, jauh lebih Alkitabiah untuk melihat semua berkat tersebut bukan
melekat pada diri orang itu, tetapi berkat-berkat tersebut datang karena ia ada
“dalam Kristus.” Jadi, jika seseorang lepas dari Kristus (karena tidak beriman)
maka hubungannya dengan Kristus akan hilang, dan demikian juga semua berkat
keselamatan. Seseorang yang adalah warga surga, ia warga surga karena ia ada
dalam Kristus. Jika ia lepas dari Kristus, ia bukan warga surga lagi.
Seseorang yang dimeteraikan Roh Kudus, ia dimeteraikan karena ia percaya
(beriman), dan ada dalam Kristus. Jika ia lepas dari Kristus, maka meterai
tersebut dicabut dari dirinya.
Dapatkah seorang yang
sudah percaya lepas dari Kristus? Jawabannya, menurut Alkitab adalah YA yang
lantang, lihat Galatia 5:1-6 (sudah dikutip di
atas), dan juga Yohanes 15:4-9: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak
tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku,
ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan
orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam
Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika
kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” “Seperti
Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah
di dalam kasih-Ku itu.”
Pertama-tama, perhatikan perintah untuk
tinggal di dalam. Yesus mengatakan semua ini kepada orang yang sudah percaya.
Mereka sudah “ada dalam Kristus,” barulah bisa ada perintah untuk “tinggal di
dalam.” Jika orang percaya tidak mungkin tidak “tinggal,” maka tidak akan ada
perintah untuk “tinggal.” Adanya suatu perintah, tentunya berarti bahwa ada
kemungkinan untuk tidak melakukan perintah itu. Jika seorang tidak tinggal
dalam Kristus (yaitu terus percaya padaNya), maka ia diperhadapkan pada
penghakiman yang digambarkan dengan kata-kata “dicampakkan ke dalam api lalu
dibakar.” Ini adalah acuan pada hukuman kekal. Keith Piper mencoba untuk
mengelak dengan berkata bahwa yang dikumpulkan untuk dibakar adalah perbuatan
orang tersebut, bukan orangnya sendiri. Jadi, menurut Piper, yang terbakar
adalah “perbuatannya,” bukan orangnya. Pemikiran seperti ini salah dalam
minimal tiga hal. Pertama, konteks perikop ini bukan berbicara mengenai
perbuatan seseorang, perikop ini berbicara mengenai ranting, yang
diidentifikasi dalam perikop sebagai orang yang percaya pada Kristus. Jadi,
bukan perbuatan yang disorot di sini, tetapi orangnya.
Kedua, ranting tersebut dikatakan
“dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering.” Jelas, yang dibuang adalah
ranting, dan bukan buah (perbuatan). Ranting menjadi kering karena tidak lagi
ada dalam pokok yang benar, yaitu Kristus. Ketiga, jika apa yang dikatakan
Piper benar, bahwa orang yang bersangkutan masih masuk surga maka lucu sekali
akan ada orang yang “di luar Kristus,” tetapi masuk surga. Ide seperti itu sama
sekali tidak ada dalam Alkitab.
5. Janji-janji dalam
Alkitab selalu bersyarat pada Iman
Masih berhubungan dengan argumen di poin sebelumnya, ingat bahwa semua yang kita miliki, kita miliki dalam Kristus. Kita berada dalam Kristus karena kita percaya padaNya (beriman padaNya). Jadi, semua janji dalam Alkitab sebenarnya bersyarat pada percaya! Nah, percaya macam apa yang dimaksud?
Masih berhubungan dengan argumen di poin sebelumnya, ingat bahwa semua yang kita miliki, kita miliki dalam Kristus. Kita berada dalam Kristus karena kita percaya padaNya (beriman padaNya). Jadi, semua janji dalam Alkitab sebenarnya bersyarat pada percaya! Nah, percaya macam apa yang dimaksud?
Mayoritas janji-janji
Allah yang tercatat dalam Alkitab, menggunakan kata kerja present tense ketika
mengacu pada “percaya” yang mendatangkan hidup kekal. Beberapa contoh cukup:
ù “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:15)
ù “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:15)
ù “Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.” (Yoh. 3:16)
ù “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari
dalam maut ke dalam hidup.” (Yoh. 5:24)
ù “Kata Yesus kepada mereka: “Akulah
roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (John 6:35)
ù “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu
supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh
hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” (Yoh.
6:40)
ù “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku
dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang
kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya
dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.” (Yoh. 10:27-28)
Semua kata kerja yang dicetak tebal di
atas adalah dalam bentuk present tense. Sebagaimana diketahui oleh semua murid
Yunani, present tense berarti aksi yang terus menerus. Jadi, keselamatan itu
bersyarat, bukan pada iman yang hanya sekali waktu, tetapi iman yang terus
menerus pada Yesus.
6. Manusia Tidak
Kehilangan Kehendak Bebas Ketika Ia Percaya
Doktrin SSTS pada dasarnya menghilangkan kehendak bebas dari manusia ketika ia menjadi percaya. Ironisnya, kehendak bebas ini hanya dihilangkan dalam hal keselamatan. Pendukung SSTS akan mengakui bahwa ada kehendak bebas dalam semua aspek kehidupan lainnya (seorang Kristen dapat mundur imannya, dapat melakukan hal-hal yang menyedihkan hati Tuhan), tetapi sama sekali tidak punya kehendak bebas dalam hal menolak iman yang pernah ia terima.
Doktrin SSTS pada dasarnya menghilangkan kehendak bebas dari manusia ketika ia menjadi percaya. Ironisnya, kehendak bebas ini hanya dihilangkan dalam hal keselamatan. Pendukung SSTS akan mengakui bahwa ada kehendak bebas dalam semua aspek kehidupan lainnya (seorang Kristen dapat mundur imannya, dapat melakukan hal-hal yang menyedihkan hati Tuhan), tetapi sama sekali tidak punya kehendak bebas dalam hal menolak iman yang pernah ia terima.
Pendukung SSTS mencoba untuk memaksakan
bahwa orang yang percaya itu permanen percaya, dengan mengutip ayat-ayat
seperti Yoh. 5:24, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar
perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang
kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam
hidup.”
Nah, kata mereka, ayat ini
memproklamirkan bahwa orang percaya “tidak turut dihukum.” Tetapi mereka lupa
bahwa ayat ini memberikan janji tersebut kepada orang percaya. Sebagai
perbandingan, mari kita lihat Yohanes 3:36: “Barangsiapa percaya kepada Anak,
ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia
tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”
Kalau kita bandingkan:
Yohanes 5:24 Yohanes 3:36
barangsiapa….percaya barangsiapa….tidak taat [tidak percaya]
tidak tidak
turut dihukum akan melihat hidup
Yohanes 5:24 Yohanes 3:36
barangsiapa….percaya barangsiapa….tidak taat [tidak percaya]
tidak tidak
turut dihukum akan melihat hidup
Picirilli menyatakan: Secara grammatis,
jika [pernyataan] yang pertama berarti bahwa keadaan orang percaya tidak dapat
berubah, maka [pernyataan] kedua juga berarti bahwa keadaan orang yang tidak
percaya juga tidak dapat diubah.
Sebenarnya, kedua perikop ini tidak
sedang berbicara tentang itu [apakah keadaannya dapat diubah] … Setiap janji
tersebut berlaku dengan kuasa yang sama pada mereka yang terus menetap pada
keadaan yang digambarkan [percaya atau tidak percaya].
Hal yang sama dapat dikatakan tentang
semua janji bahwa orang percaya “tidak akan binasa.” Saya kutip lagi satu
pemikiran: “Tidak ada yang berani mengatakan, bahwa karena orang yang tidak
percaya dinyatakan tidak akan melihat hidup, maka ia secara permanen terikat
tanpa pengharapan pada kondisi itu. Sebenarnya, adalah benar bahwa sebagai
seorang yang tidak percaya, ia tidak akan melihat hidup, tetapi jika ia
kemudian menjadi percaya, maka ia akan melihat hidup. Nah, kalau kata-kata
“tidak akan melihat hidup” yang diterapkan pada orang yang tidak percaya,
ternyata tidak dilanggar jika orang tidak percaya tadi menjadi percaya dan
akhirnya melihat hidup, maka mana kontradiksinya jika seorang percaya dikatakan
“tidak akan binasa,” tetapi jika ia menjadi tidak percaya, maka ia binasa?
Faktanya, sebagai seorang percaya, selama ia tetap percaya, ia tidak akan
binasa.”
Pada akhirnya:
ù Jika seseorang dapat menerima atau menolak Kristus sebelum ia diselamatkan, mengapa, kapan, dan bagaimanakah ia kehilangan kehendak bebas itu? Jawaban Alkitabiah adalah bahwa ia tidak kehilangan kehendak bebas itu dan masih dapat meninggalkan iman.
ù Jika keselamatan itu bersyarat pada awalnya (seseorang harus percaya Kristus), sejak kapan, mengapa, dan bagaimanakah sifat keselamatan itu tiba-tiba berubah menjadi tidak bersyarat kemudian? Jawaban Alkitabiah sekali lagi adalah bahwa keselamatan masih bersyarat pada iman.
ù Jika seseorang dapat menerima atau menolak Kristus sebelum ia diselamatkan, mengapa, kapan, dan bagaimanakah ia kehilangan kehendak bebas itu? Jawaban Alkitabiah adalah bahwa ia tidak kehilangan kehendak bebas itu dan masih dapat meninggalkan iman.
ù Jika keselamatan itu bersyarat pada awalnya (seseorang harus percaya Kristus), sejak kapan, mengapa, dan bagaimanakah sifat keselamatan itu tiba-tiba berubah menjadi tidak bersyarat kemudian? Jawaban Alkitabiah sekali lagi adalah bahwa keselamatan masih bersyarat pada iman.
7. Ada begitu banyak
Firman Tuhan yang mendukung Kemungkinan Meninggalkan Iman
Perikop-perikop ini
terbagi menjadi beberapa kategori:
A. Perikop yang dengan jelas mengacu pada kejadian meninggalkan iman
ù 1 Tim. 4:1
ù 1 Tim. 1:18-20
ù 2 Tim. 2:16-18
A. Perikop yang dengan jelas mengacu pada kejadian meninggalkan iman
ù 1 Tim. 4:1
ù 1 Tim. 1:18-20
ù 2 Tim. 2:16-18
B. Perikop yang
memperingatkan bahaya murtad atau meninggalkan iman (yang berarti ada
kemungkinannya)
ù Ibr. 6:4-6
ù Ibr. 10:19-39
ù 2 Pet. 2:20-22
ù Yoh. 15:1-9
ù Ibr. 12:25
ù 2 Tim. 2:11-13
ù 2 Yoh 1:9
ù Ibr. 6:4-6
ù Ibr. 10:19-39
ù 2 Pet. 2:20-22
ù Yoh. 15:1-9
ù Ibr. 12:25
ù 2 Tim. 2:11-13
ù 2 Yoh 1:9
C. Perikop tentang
keselamatan yang diperoleh atas syarat iman yang terus menerus
ù Kolose 1:21-23
ù 1 Kor. 15:1-4
ù Ibr. 3:6, 14
ù Ibr. 10:38
ù Gal. 5:1-6
ù Kolose 1:21-23
ù 1 Kor. 15:1-4
ù Ibr. 3:6, 14
ù Ibr. 10:38
ù Gal. 5:1-6
Ijinkan saya untuk memotong sebentar di
sini untuk menunjukkan suatu poin kebenaran yang sangat penting. Dalam sebuah
dokumen, katakanlah sebuah kontrak, atau surat persetujuan antara dua pihak,
maka jika suatu syarat dinyatakan dengan jelas di salah satu bagian kontrak
atau persetujuan tadi, syarat itu berlaku dan mengikat, walaupun hanya satu
kali dinyatakan!!
Di bawah ini saya berikan suatu contoh
fiktif, yaitu sebuah surat imajiner dari seorang raja kepada rakyatnya:
Rakyatku yang ku kasihi, saya menulis untuk memberitahukan kalian suatu kabar
baik. Untuk memperingati ulang tahunku yang kelima puluh, yang akan jatuh satu
bulan dari sekarang, saya telah memutuskan untuk membagikan banyak hadiah dan
berkat. Hadiah dan berkat ini adalah bagi semua yang turut memperingati ulang
tahunku. Anda harus memakai pita yang akan saya bagikan dalam satu bulan ini.
Barangsiapa yang memakai pita, maka ia
berhak atas semua hadiah dalam pesta ulang tahun saya. Apa saja hadiah yang
saya sediakan? Bagi semua kalian yang berhutang uang pada negara, maka saya
telah mempersiapkan uang pribadi saya untuk melunasi hutangmu. Ketahuilah bahwa
dana saya tidak terbatas, dan saya dapat membayar hutang semua orang. Selain
itu, orang yang ikut merayakan ulang tahun saya juga akan saya pekerjakan di
pabrik saya. Saya ingin tegaskan, bahwa saya akan memberi gaji yang sangat
bagus untuk pekerja pabrik saya. Lowongan pekerjaan tidak akan habis. Ingat,
jangan takut akan semua hutangmu, karena saya akan bayarkan itu semua. Hadiah
saya juga termasuk hak untuk menikmati taman saya yang indah setiap hari.
Kalian juga boleh memanggil saya dengan panggilan khusus, yaitu Tuan yang Baik.
Sungguh, kalian mendapatkan hadiah yang sedemikian hebat. Ingat, bahwa kalian
harus memakai pitaku hingga akhirnya, jika tidak sia-sia saja kalian mendapat
pita. Tetapi saya menulis kepada semua pemakai pitaku, bahwa kalian dapat tahu
dengan pasti, bahwa hutang kalian semua telah dibayarkan untuk selama-lamanya.
Nah, ini hanyalah suatu surat imajiner
yang pendek. Saya bukan ingin mengatakan bahwa surat ini persis sama
menggambarkan keselamatan yang kita terima dari Allah, tetapi surat fiktif ini
membuat sebuah poin. Walaupun janji sang Raja banyak sekali, dan sangat indah
dalam dokumen ini, juga ada syarat (memakai dan terus memakai pita) yang
dinyatakan dengan jelas. Jadi, tidak peduli ada berapa janji yang diberikan dan
diulangi lagi setelah ini, syarat itu berlaku, walaupun syarat mungkin tidak
disebut ulang bersama tiap janji.
Hal yang sama terjadi dalam Alkitab.
Alkitab adalah satu dokumen. Jika Allah dengan tegas menyatakan syarat
keselamatan dalam minimal satu bagian Alkitab, maka syarat tersebut berlaku
pada semua janji Alkitab mengenai keselamatan. Nyatanya, dalam Alkitab lebih
indah lagi: Allah menyatakan syarat yang Ia tuntut untuk mendapatkan keselamatan
yang Ia sediakan, bukan sekali, bukan dua kali, tetapi berulang-ulang kali.
Syarat yang dimaksud adalah iman, dan bukan iman yang hanya bertahan satu
detik, satu hari, satu tahun, tetapi iman yang terus sampai akhirnya. Juga,
sama sekali tidak masuk akal untuk berkata, “ya, sekali saya beriman, saya
tidak bisa kehilangan iman itu.” Kalau demikian, mengapa Allah berulang kali
memperingatkan orang percaya!! tentang tanggung jawab mereka untuk tetap
tinggal dalam iman? Jika seorang percaya tidak dapat meninggalkan iman, maka
sama sekali tidak perlu untuk memperingatkan dia tentang hal itu. Mengapa perlu
memperingatkan seorang anak untuk tidak melompat terlalu tinggi hingga sampai
ke bulan? Wah, itu hal yang konyol, anda berkata, mungkin bahkan dalam kategori
membohongi anak kecil. Ya, memang benar demikian. Karena tidak mungkin ia
melompat sampai ke bulan. Allah juga tidak menipu orang percaya dengan cara
memperingatkan kita tentang hal yang tidak mungkin terjadi. Allah tidak
memberikan peringatan palsu.
D. Perikop yang
memerintahkan kita untuk tinggal dalam Kristus atau memegang teguh iman kita
(yang berarti ada kemungkinan tidak mentaati perintah ini)
ù Yohanes 15:4-6
ù Yudas 1:21
ù Wahyu 2:10
ù Matius. 10:22
ù Ibrani 10:35
ù Yohanes 15:4-6
ù Yudas 1:21
ù Wahyu 2:10
ù Matius. 10:22
ù Ibrani 10:35
E. Perikop yang
menyatakan kekhawatiran Paulus bahwa jerih payahnya akan sia-sia (karena bahaya
bahwa mereka yang telah ia menangkan bagi Kristus meninggalkan iman)
ù Filipi 2:15-16
ù 1 Tesalonika 3:5
ù Galatia 1:6; 4:9-11
ù Filipi 2:15-16
ù 1 Tesalonika 3:5
ù Galatia 1:6; 4:9-11
Ada begitu banyak ayat
yang jelas mengajarkan kemungkinan murtad, atau meninggalkan iman, atau menolak
Kristus setelah pernah menerima Dia. Lalu mengapakah banyak orang menentang
doktrin ini? Ya, sebenarnya karena mereka sudah diajarkan doktrin yang
bertentangan. Mereka telah diajarkan berbagai ayat yang seolah-olah mendukung
SSTS, dan SSTS sudah mendarah daging dalam diri mereka, sehingga mereka menolak
untuk melihat bukti yang begitu banyak menentang SSTS. Sama seperti seorang
Kalvinis yang telah dicekoki dengan doktrin Limited Atonement (bahwa
Yesus mati bukan untuk semua manusia).
Ketika kita menunjukkan pada mereka
ayat-ayat yang mengajarkan bahwa “Yesus mati untuk semua manusia,” apa respons
mereka biasanya? Mereka akan berkata, “Semua tidak berarti semua.”
Pendukung SSTS mempertunjukkan pola yang
sama. Ketika kita menunjukkan kepada mereka ayat yang berkata, “murtad,” mereka
berkata, “ya, murtad tidak berarti murtad….tapi mereka belum pernah percaya.”
“Lepas dari Kristus” itu bukan artinya mereka belum pernah percaya Kristus.
Jadi, mereka mendefinisikan ulang kata “murtad,” dan pengertian “lepas dari
Kristus,” bertentangan dengan aturan bahasa yang berlaku. Cara menafsir seperti
ini tidak jujur terhadap fakta Alkitab, dan datang dari pikiran yang
mati-matian membela kepercayaan yang sudah dipegang. Apakah yang akan anda
pertahankan? Saya lebih suka mempertahankan kebenaran, walaupun itu berarti
mengubah kepercayaan saya.
8. Perikop-Perikop
Lain Dijelaskan
Jadi, bagaimana dengan
semua ayat-ayat yang katanya mengajarkan bahwa seseorang yang telah
diselamatkan tidak dapat meninggalkan iman? Rupanya, setelah penyelidikan yang
mendalam, saya dapatkan bahwa tidak ada ayat yang menyatakan bahwa seorang yang
sudah selamat tidak dapat meninggalkan imannya. Ayat-ayat yang biasanya dipakai
untuk mengajarkan hal ini hanya dapat dipakai demikian jika dibaca dengan
asumsi dan pemikiran theologis tertentu. Nah, berikut ini beberapa ayat yang
disalahgunakan:
ù “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku
dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang
kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya
dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang
memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun
tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.” Yohanes 10:27-29.
Ayat ini sama sekali tidak menyulitkan
posisi saya, bahkan adalah perikop yang begitu menguatkan saya. Karena ayat
seperti inilah saya dapat memiliki kepastian keselamatan. Saya ada dalam tangan
Yesus, dan juga dalam tangan Bapa, dan tidak ada seorangpun, atau suatu
kuasapun yang dapat merebut saya keluar. Amin!!
Namun, perhatikan, bahwa ayat ini sama
sekali tidak berkata bahwa kalau saya sendiri mau keluar, maka saya tidak bisa.
Argumen yang sering diajukan adalah seperti ini: “Akankah Allah membiarkan
seorang yang telah diselamatkan untuk keluar? Jika anda memiliki seorang anak
yang anda kasihi, akankah anda melepaskan dia dari genggaman tangan anda?”
Argumen seperti ini kedengarannya indah dan menggugah perasaan, tetapi sama
sekali tidak memiliki dasar Alkitab. Firman Tuhan di bagian lain membuat sangat
jelas bahwa saya dapat meninggalkan iman jika saya memilih untuk melakukannya,
seperti dalam 1 Timotius 4:1. Allah tidak pernah memaksa seseorangpun untuk
menerima Dia, dan Allah juga tidak memaksa seseorangpun untuk tetap beriman.
Allah menciptakan manusia dengan
kehendak bebas, yang berarti manusia dapat benar-benar memilih Allah atau
memilih untuk tidak taat. Karena Allah jugalah yang menciptakan manusia dengan
kehendak bebas itu, Ia akan konsisten pada rencanaNya untuk membiarkan manusia
membuat keputusan. Tentunya ada begitu banyak faktor yang mempengaruhi
keputusan seseorang, tetapi pada akhirnya, keputusan yang ia ambil adalah
keputusan atas kehendak bebasnya. Demikian juga dalam hal keselamatan. Allah
tidak melanggar kehendak bebas yang Ia berikan pada manusia, dan tidak memaksa
siapapun untuk diselamatkan.
Kalau demikian, Allah juga tidak akan
menghilangkan kehendak bebas manusia setelah dia diselamatkan, dan memaksa dia
untuk tetap percaya pada Kristus. Lalu bagaimana dengan kasih Kristus?
Bagaimana mungkin Allah, yang mengasihi orang percaya, membiarkan mereka
meninggalkan iman? Sekali lagi, ini argumen yang emosional, dan bukan
Alkitabiah.
Dalam Alkitab, kasih Allah adalah kasih
yang tidak memaksa siapapun. Kasih tidak dapat dipaksakan. Yohanes 3:16,
misalnya, mendeklarasikan bahwa Allah mengasihi seluruh dunia, sedemikan
kasihNya, sehingga Ia mengirim Kristus untuk mati bagi dunia. Namun, faktanya
adalah sebagian besar dunia, yang toh dikasihi Allah itu, akan binasa
selama-lamanya, karena mereka menolak kasih Allah itu dan tidak mau percaya.
Kalau demikian adanya, mengapa sulit bagi kita untuk melihat bahwa walaupun
Allah mengasihi kita sedemikian rupa sebagai orang percaya, tetapi jika kita
tidak beriman lagi pada AnakNya, maka kita akan binasa?
Perhatikan juga, dalam perikop ini,
siapakah yang aman di tangan Yesus? Adalah domba-dombaNya. Siapa yang tidak
dapat direbut? Domba-domba. Kepada siapakah Yesus sedang berikan hidup yang
kekal? Domba-domba. Siapa domba? Apa kriteria domba? Menurut Yoh. 10:26, domba
adalah mereka yang percaya! Jadi, yang aman dalam tangan Yesus, adalah yang
merupakan domba, yaitu mereka yang percaya!
Mereka yang tidak percaya, bukan domba,
dan janji keamanan ini tentu bukan untuk mereka. Mungkin argumen lain yang
terkadang muncul adalah: mengapakah ada orang yang sudah sungguh selamat mau
meninggalkan iman lagi? Sejujurnya, saya juga tidak tahu dan tidak mengerti
mengapa ada orang yang sudah selamat ada yang mau meninggalkan iman. Namun,
saya tidak boleh membiarkan perasaan saya untuk mendikte doktrin saya, karena
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa kemurtadan akan terjadi, dan orang akan
meninggalkan iman. Dalam hal ini saya juga teringat, bahwa Adam dan Hawa, saat
di taman Eden, waktu itu belum memiliki sifat dosa, tetapi toh dapat juga
memilih perkataan Iblis daripada perkataan Tuhan.
ù “Siapakah yang akan memisahkan kita
dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan
atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh
karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap
sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada
orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin,
bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang” Roma
8:35-39
Ayat ini juga merupakan ayat yang sangat
menghibur saya. Tidak ada sesuatu apapun yang dapat memisahkan saya dari kasih
Kristus, dan saya katakan Amin!! Tetapi, kita tidak dapat membangun doktrin
hanya berdasarkan sebagian ayat-ayat Alkitab, kita harus melihat keseluruhan
kesaksian Firman Tuhan.
Ayat-ayat lain dengan jelas menunjukkan
bahwa keselamatan kita miliki dengan syarat iman/percaya, dan juga mengajarkan
kemungkinan kita meninggalkan iman itu. Dan sambil saya mempelajari ayat ini,
saya dapatkan bahwa yang disebut hanyalah kekuatan di luar diri saya sendiri,
dan tidak ada dari mereka yang dapat menghalangi saya dari kasih Kristus. Tidak
ada satu bagian pun dari ayat ini yang mengatakan bahwa saya tidak dapat
menolak kasih itu. Kasih yang tidak dapat ditolak itu seperti konsep kacau
tentang Kasih Karunia yang Tak Dapat diTolak (Irresistible Grace) milik
Kalvinis. Jadi, tidak ada apapun, tidak orang, tidak benda, tidak kuasa
manapun, yang dapat memisahkan saya dari kasih Kristus, tetapi saya harus tetap
menerima kasih itu melalui iman. Hal ini sesuai dengan pengajaran Yudas 1:21:
“Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan
kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal.” tidak ada yang dapat memisahkan
kita dari kasih Kristus, tetapi kita harus tinggal dalam kasih itu, melalui
iman kepadaNya.
ù “Yaitu kamu, yang
dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan
keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.” 1 Petrus
1:5
Sungguh mengejutkan bahwa ada orang yang berani memakai ayat ini untuk mendukung posisi “sekali selamat tetap selamat” (SSTS). Kita dipelihara dalam kekuatan Allah! Amin! Saya tidak akan komplain apa-apa tentang ayat ini. Jika saya harus memelihara diri saya sendiri, saya tidak akan selamat bahkan untuk satu detik. Tetapi, itu tidak berarti saya tidak punya tanggung jawab. Tanggung jawab saya adalah untuk percaya pada Kristus, atau dengan kata lain, beriman. Ayat ini toh mengajarkan hal itu juga, “dipelihara…karena imanmu.” Jadi, iman adalah syarat yang Allah berikan. Yang memelihara tetap Allah, dengan memakai kekuatanNya. Tidak bisa itu dilakukan dengan kekuatan Allah. Tetapi, Allah mengatakan bahwa saya harus percaya, barulah Ia mau memelihara saya.
Sungguh mengejutkan bahwa ada orang yang berani memakai ayat ini untuk mendukung posisi “sekali selamat tetap selamat” (SSTS). Kita dipelihara dalam kekuatan Allah! Amin! Saya tidak akan komplain apa-apa tentang ayat ini. Jika saya harus memelihara diri saya sendiri, saya tidak akan selamat bahkan untuk satu detik. Tetapi, itu tidak berarti saya tidak punya tanggung jawab. Tanggung jawab saya adalah untuk percaya pada Kristus, atau dengan kata lain, beriman. Ayat ini toh mengajarkan hal itu juga, “dipelihara…karena imanmu.” Jadi, iman adalah syarat yang Allah berikan. Yang memelihara tetap Allah, dengan memakai kekuatanNya. Tidak bisa itu dilakukan dengan kekuatan Allah. Tetapi, Allah mengatakan bahwa saya harus percaya, barulah Ia mau memelihara saya.
ù “Dan janganlah kamu
mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari
penyelamatan.” Efesus 4:30. Ayat ini sama sekali tidak mendukung doktrin
“berbuat apapun tidak akan terhilang” jika kita sudah memiliki konsep yang
Alkitabiah tentang keselamatan yang bersyarat pada iman. Yang diajarkan oleh
ayat ini adalah bahwa Roh Kudus adalah jaminan kita, bahwa sebagai orang
percaya kita akan diselamatkan. Roh Kudus adalah “uang muka,” boleh dibilang,
dari kemuliaan yang menanti kita. Roh Kudus adalah juga bukti dari iman kita
(Ef. 1:13), dan kita menerima Roh Kudus saat kita percaya.
Ayat ini sama sekali tidak mengatakan bahwa seorang percaya tidak dapat meninggalkan iman. Tidak ada juga di ayat ini dikatakan bahwa Allah sendiri tidak dapat mencabut meterai itu, misalnya karena orang yang bersangkutan tidak memiliki iman, karena toh iman adalah syarat awal agar seseorang dimeteraikan. Kita harus berhati-hati untuk tidak menyalahgunakan analogi dalam Alkitab. Ayat ini mengajarkan bahwa kita dimeteraikan. Di tempat lain, Ia mengajarkan bahwa kita harus tetap memegang iman, kalau tidak kepercayaan awal kita menjadi sia-sia (1 Kor. 15:2). Jadi, kita tidak boleh membuat kesimpulan yang manusiawi dan salah bahwa: “sekali dimeteraikan, tetap dimeteraikan.” Hal itu tidak ada dalam Alkitab, tetapi diasumsikan begitu saja. Sebuah meterai efektif untuk melawan otoritas dari luar yang berusaha masuk. Tidak boleh ada orang yang tidak berotoritas membuka meterai itu. Tetapi, dia yang pada awalnya menaruh meterai itu, maka secara alami ia memiliki hak untuk membuka meterai itu jika memang ada alas an untuk melakukannya.
Ayat ini sama sekali tidak mengatakan bahwa seorang percaya tidak dapat meninggalkan iman. Tidak ada juga di ayat ini dikatakan bahwa Allah sendiri tidak dapat mencabut meterai itu, misalnya karena orang yang bersangkutan tidak memiliki iman, karena toh iman adalah syarat awal agar seseorang dimeteraikan. Kita harus berhati-hati untuk tidak menyalahgunakan analogi dalam Alkitab. Ayat ini mengajarkan bahwa kita dimeteraikan. Di tempat lain, Ia mengajarkan bahwa kita harus tetap memegang iman, kalau tidak kepercayaan awal kita menjadi sia-sia (1 Kor. 15:2). Jadi, kita tidak boleh membuat kesimpulan yang manusiawi dan salah bahwa: “sekali dimeteraikan, tetap dimeteraikan.” Hal itu tidak ada dalam Alkitab, tetapi diasumsikan begitu saja. Sebuah meterai efektif untuk melawan otoritas dari luar yang berusaha masuk. Tidak boleh ada orang yang tidak berotoritas membuka meterai itu. Tetapi, dia yang pada awalnya menaruh meterai itu, maka secara alami ia memiliki hak untuk membuka meterai itu jika memang ada alas an untuk melakukannya.
Mempelajari Galatia pasal 3 sungguh
adalah pengalaman yang membukakan mata rohani saya. Galatia adalah surat yang
spesial berhubungan dengan topik yang sedang kita bahas ini. Orang-orang
Galatia sedang dalam bahaya meninggalkan iman mereka yang mula-mula, dan
mengikuti suatu Injil palsu (menambahkan sunat). Paulus menyadari bahayanya
kesesatan seperti itu, dan dengan cepat menulis surat ini untuk memperingatkan
mereka. Dalam Galatia pasal 5, ia memperingatkan mereka, bahwa jika mereka
percaya pada sunat, maka Kristus sama sekali tidak berguna bagi mereka. Untuk
memperkuat peringatan ini, ia katakan bahwa mereka akan lepas dari Kristus.
Bagi pikiran yang belum terpengaruh oleh doktrin manapun, surat Galatia ini jelas
mengajarkan bahwa seseorang yang sedang berada dalam Kristus, dan sedang
menerima berkat penebusan Kristus melalui iman, dapat lepas dari Kristus, dan
kehilangan segala berkat dalam Kristus, jika ia meninggalkan iman sejatinya
yang semula.
Tetapi, perhatikan apa yang diajarkan
Galatia pasal 3 tentang Roh Kudus. Perhatikan penekanan pada kata “iman.” Dalam
6 pasal kitab Galatia, kata “iman” atau “beriman” muncul 23 kali. Dalam Galatia
3:14, “oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” Dalam Galatia
3:11, “orang yang benar akan hidup oleh iman.” Jelas sekali, bahwa Roh Kudus
diberikan kepada kita, oleh kasih karunia Allah, hanya jika kita memiliki iman.
Lebih mengena lagi adalah pertanyaan ini oleh Paulus: “Hanya ini yang hendak
kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum
Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu?
Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam
daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!”
(Gal. 3:2-4) Jadi, orang yang mulai dengan Roh, waktu mereka beriman dan
percaya pada Injil yang benar. Kini, ada bahaya mereka percaya Injil yang
palsu, dan jika demikian mereka akan mengakhirinya dalam daging. Jadi, apa
kesimpulan pengajaran Alkitab tentang Roh Kudus? Bahwa Roh Kudus adalah meterai
bagi kita dengan syarat iman. Hal ini konsisten dengan semua aspek pengajaran
tentang keselamatan lainnya.
ù “Marilah kita melakukannya dengan mata
yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman
kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul
salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah
kanan takhta Allah.” Ibrani 12:2.
Pendukung Jaminan Kekal Tak Bersyarat
menunjuk pada ayat ini dan berkata, “Yesuslah yang membawa iman kita pada
kesempurnaan.” Jadi, menurut mereka, iman kita tidak tergantung pada diri kita
sendiri, dan karenanya kita tidak bisa meninggalkan iman.
Pemikiran seperti ini sungguh salah.
Jika kita menerapkan logika ini, maka sungguh berbahaya. Jika iman kita sungguh
adalah urusan Yesus saja, dan tidak ada tanggung jawab kita, untuk apa dalam
Alkitab ada begitu banyak ayat yang menyuruh kita untuk beriman? Ada begitu
banyak ayat yang menyuruh kita tetap pada iman. Bukankah Yesus yang beriman
untuk kita? Nah, disinilah terlihat kebodohan dari pemikiran seperti ini. Tidak
ada orang lain yang dapat beriman untuk orang lain. Ayat ini mengajarkan
doktrin bahwa Yesuslah yang memungkinkan adanya iman. Tanpa Yesus, manusia
bahkan tidak dapat memilih antara percaya Yesus atau tidak. Tanpa Yesus, tidak
ada objek yang dapat kita imani. Yesus pulalah yang memberikan kita kekuatan
untuk terus beriman, dan memungkinkan iman kita bertumbuh. Jika kita memegang
teguh iman kita, itu adalah karena Yesus! Tetapi tidak berarti kita tidak punya
tanggung jawab untuk tinggal dalam iman. Juga tidak berarti kita tidak dapat
memilih untuk keluar dari iman.
ù “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya,
yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya
sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” Filipi 1:6.
Ini adalah argumen favorit lainnya dari
pendukung Jaminan Kekal Tak Bersyarat yang sebenarnya gagal untuk berurusan
dengan inti permasalahan. Keyakinan Paulus adalah bahwa Yesus akan
menyelesaikan apa yang Ia mulai, dalam hal keselamatan. Tuhan Yesus telah
memulai pekerjaan yang baik di antara orang Korintus. Tetapi apakah pekerjaan
baik yang Yesus mulai itu dimulai dengan syarat tertentu? Ya, kesaksian Alkitab
jelas, dan Filipi 1:5 juga membuatnya jelas, bahwa persekutuan orang Filipi
dalam berita Injil adalah syarat pekerjaan baik yang telah mulai.
Nah, jika awal dari pekerjaan yang baik
itu bersyarat (yaitu bahwa seseorang harus percaya untuk diselamatkan), maka
tidak ada alasan untuk menolak bahwa penerusan keselamatan itu hingga pada hari
Kristus Yesus juga bersyarat. Yang jelas, ayat ini tidak sedang berbicara
masalah persyaratan. Ayat ini mengajarkan aspek bahwa Allah akan melakukan
bagianNya. Janji Allah adalah: jika kamu percaya Kristus, kamu akan
diselamatkan. Allah akan menepati janjiNya itu. Itulah yang diajarkan ayat ini,
dan yang merupakan keyakinan Paulus. Allah tidak akan tiba-tiba berubah
pikiran. Ia akan menyelamatkan mereka yang beriman. Ia akan meneruskan
pekerjaan baik itu. Tetapi, tentunya, jika orang itu tidak beriman lagi, maka
Allah sama sekali tidak terikat untuk menyelamatkan dia.
Yang penting untuk diingat adalah, bahwa
ayat seperti ini dan yang lainnya, tidak menghilangkan ayat-ayat lain yang
mengajarkan bahwa kita harus tinggal dalam iman untuk diselamatkan. Kita harus
membangun doktrin kita atas semua ayat, bukan hanya sebagian ayat Alkitab.
9. Keyakinan akan
Keselamatan
Pendukung SSTS secara rutin menuduh apa yang saya percayai (Jaminan Kekal Bersyarat) sebagai posisi yang tidak menawarkan keamanan (jaminan) dan tidak ada keyakinan akan selamat. Hal ini tidak benar. Tentunya, jaminan dan keyakinan saya berbeda dengan yang dimiliki SSTS. SSTS mendapatkan jaminan dan keyakinan dari doktrin mereka, yang telah kita lihat adalah tidak Alkitabiah. Jadi, mereka mendapatkan jaminan dari doktrin buatan manusia. Saya sudah sering mendengar mereka berkata, “Saya tahu saya pasti ke Surga, karena saya sudah diselamatkan umur sekian (10 tahun misalnya) dan sekali selamat, tetap selamat.”
Tetapi, ini adalah jaminan yang palsu. Dalam skenario terburuk, bisa saja orang itu suatu hari menyangkal Kristus dan menolakNya, sambil berpikir, “toh saya masih diselamatkan.”
Pendukung SSTS secara rutin menuduh apa yang saya percayai (Jaminan Kekal Bersyarat) sebagai posisi yang tidak menawarkan keamanan (jaminan) dan tidak ada keyakinan akan selamat. Hal ini tidak benar. Tentunya, jaminan dan keyakinan saya berbeda dengan yang dimiliki SSTS. SSTS mendapatkan jaminan dan keyakinan dari doktrin mereka, yang telah kita lihat adalah tidak Alkitabiah. Jadi, mereka mendapatkan jaminan dari doktrin buatan manusia. Saya sudah sering mendengar mereka berkata, “Saya tahu saya pasti ke Surga, karena saya sudah diselamatkan umur sekian (10 tahun misalnya) dan sekali selamat, tetap selamat.”
Tetapi, ini adalah jaminan yang palsu. Dalam skenario terburuk, bisa saja orang itu suatu hari menyangkal Kristus dan menolakNya, sambil berpikir, “toh saya masih diselamatkan.”
Jaminan yang Alkitabiah adalah seperti
yang ada dalam 1 Yohanes 5:13. Bagaimanakah seseorang dapat tahu bahwa ia
memiliki hidup yang kekal? Apakah karena “sekali selamat tetap selamat”?
Tidak!!
Jaminan yang Alkitabiah berkata, “kamu
yang percaya [sedang percaya, present tense] kepada nama Anak Allah, tahu,
bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.” Jadi, rahasia jaminan Alkitabiah adalah
percaya (saat ini, present tense). Jika saya menguji diri sendiri, dan saya
sekarang adalah seorang yang beriman (bukan bahwa dulu saya pernah beriman),
maka saya memiliki hidup yang kekal. Pendukung SSTS mungkin tidak suka jaminan
yang seperti ini, tetapi inilah jaminan dan keyakinan yang kita dapatkan dalam
Alkitab.
Untuk membandingkan: SSTS memiliki
jaminan yang didasarkan pada doktrin mereka “sekali selamat tetap selamat.”
Saya, di lain sisi, memiliki jaminan karena posisi saya yang saat ini percaya
dalam Kristus.
10. Argumen-Argumen
Lain Melawan Jaminan Kekal Tak Bersyarat
A. Orang Kristen mula-mula, sebelum Agustinus yang sangat Kalvinistik, tidak percaya doktrin “jaminan kekal tak bersyarat.”
A. Orang Kristen mula-mula, sebelum Agustinus yang sangat Kalvinistik, tidak percaya doktrin “jaminan kekal tak bersyarat.”
Berikut ini ada
beberapa kutipan dari Irenaeus, Cyprian, dan Tertullian:
Irenaeus (120-205 AD), Adv. Haer. 4,27,2 ,”Christ will not die again on behalf of those who now commit sin because death shall no more have dominion over Him…. Therefore we should not be puffed up…. But we should beware lest somehow, after [we have come to] the knowledge of Christ, if we do things displeasing to God, we obtain no further forgiveness of sins but rather be shut out from His kingdom” (Heb. 6:4-6). “Kristus tidak akan mati lagi bagi mereka yang sekarang melakukan dosa karena maut tidak akan lagi berkuasa atas Dia….oleh karena itu kita jangan sombong…..tetapi kita harus berjaga-jaga, agar jangan, setelah [kita memiliki] pengenalan akan Kristus, jika kita melakukan hal-hal yang mendukakan Allah, kita tidak mendapatkan pengampunan dosa, tetapi tertutup dari kerajaanNya.” (Ibrani 6:4-6)
Irenaeus (120-205 AD), Adv. Haer. 4,27,2 ,”Christ will not die again on behalf of those who now commit sin because death shall no more have dominion over Him…. Therefore we should not be puffed up…. But we should beware lest somehow, after [we have come to] the knowledge of Christ, if we do things displeasing to God, we obtain no further forgiveness of sins but rather be shut out from His kingdom” (Heb. 6:4-6). “Kristus tidak akan mati lagi bagi mereka yang sekarang melakukan dosa karena maut tidak akan lagi berkuasa atas Dia….oleh karena itu kita jangan sombong…..tetapi kita harus berjaga-jaga, agar jangan, setelah [kita memiliki] pengenalan akan Kristus, jika kita melakukan hal-hal yang mendukakan Allah, kita tidak mendapatkan pengampunan dosa, tetapi tertutup dari kerajaanNya.” (Ibrani 6:4-6)
Cyprian (200-258 AD), Unity of the
Church, sec. 21 , “It is written, ‘He who endures to the end, the same shall be
saved’ [Matt. 10:22]. So whatever precedes the end is only a step by which we
ascend to the summit of salvation. It is not the final point wherein we have
already gained the full result of the ascent.”
“Ada tertulis, `Ia yang bertahan sampai
akhirnya, ia akan diselamatkan’ [Mat. 10:22]. Jadi, apapun yang terjadi sebelum
akhirnya hanyalah satu jenjang yang kita naiki untuk mencapai puncak
keselamatan. Itu bukanlah titik akhir di mana kita telah mendapatkan hasil
penuh dari pendakian.”
Tertullian (140-230
AD), On Repentance ch. 6 , “Some people act as though God were under an
obligation to bestow even on the unworthy His intended gift. They turn His
liberality into slavery…. For do not many afterwards fall out of grace? Is not
this gift taken away from many?”
“Ada orang yang bertindak seolah Allah wajib untuk memberikan KaruniaNya bahkan pada mereka yang tidak layak. Mereka mengubah kemurahanNya menjadi perbudakan…Karena bukankah banyak yang akhirnya jatuh dari kasih karunia? Bukankah anugerah ini diambil dari banyak orang?”
“Ada orang yang bertindak seolah Allah wajib untuk memberikan KaruniaNya bahkan pada mereka yang tidak layak. Mereka mengubah kemurahanNya menjadi perbudakan…Karena bukankah banyak yang akhirnya jatuh dari kasih karunia? Bukankah anugerah ini diambil dari banyak orang?”
Hal ini mendukung teori bahwa doktrin
SSTS berasal dari pengaruh Kalvinis.
B. Ada begitu banyak
ayat yang mengajarkan bahwa orang percaya harus memiliki iman hingga pada
akhirnya. Mereka yang bertahan hingga akhir akan diselamatkan.
“Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Mat. 10:22, lihat juga Mar. 13:13.
“Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Mat. 24:13
“…Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Wah. 2:10
“Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Mat. 10:22, lihat juga Mar. 13:13.
“Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Mat. 24:13
“…Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Wah. 2:10
C. Kemungkinan bahwa nama seseorang
dapat dihapuskan dari buku kehidupan berarti orang itu dapat meninggalkan iman.
“Dan jikalau seorang mengurangkan
sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan
mengambil bagiannya dari pohon kehidupan [dalam bahasa aslinya "buku
kehidupan] dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”
(Wah. 22:19)
“Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.” (Wah. 3:5).
“Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: “Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.” (Kel. 32:32-33)
“Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.” (Wah. 3:5).
“Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: “Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.” (Kel. 32:32-33)
D. Yang mana yang lebih baik:
Mengajarkan orang Kristen bahwa mereka harus memegang iman mereka dengan teguh
(pengajaran yang Alkitabiah), atau mengajarkan orang Kristen bahwa tidak peduli
apapun juga yang mereka lakukan, mereka akan masuk surga? Dalam hal ini, saya
memperhatikan suatu dampak yang sudah dapat diperkirakan: gereja-gereja yang
mengajarkan SSTS tidak menekankan pada anggota mereka untuk tetap beriman. Hal
ini wajar, karena tidak ada motivasi bagi mereka untuk melakukan hal itu,
karena mentalitasnya adalah “toh mereka tidak mungkin meninggalkan iman.”
Tetapi, para Penulis Alkitab memiliki pandangan yang berbeda. Banyak sekali
ayat yang menghimbau kita untuk bertahan dalam iman, untuk bertahan hingga
akhirnya, memegang teguh iman, dsb. Paulus beberapa kali khawatir, bahwa jika
orang-orang yang dia menangkan meninggalkan iman, maka segala jerih payahnya
menjadi sia-sia. Mentalitas para Penulis Alkitab berbeda jauh dari pada
pengajar SSTS.
E. Kita tidak
percaya Irresistible Grace (Kasih Karunia yang Tidak Dapat Ditolak).
Istilah Kasih Karunia berkontradiksi dengan istilah “tidak dapat ditolak.”
Namun demikian, para pendukung SSTS, pada hakekatnya berkata, “Setelah
seseorang diselamatkan, maka kasih karunia baginya menjadi tidak dapat
ditolak.” Ini adalah suatu ketidak-konsistenan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar