TEOLOGI BIBLIKA
MENGENAI PERPULUHAN
MURNI H. SITANGGANG
PENDAHULUAN
Mengelola
keuangan, sebagai salah satu bentuk berkat Tuhan, dengan baik merupakan satu
hal penting yang scharusnya ada dalam kehidupan setiap orang percaya. Perlu
disadari oleh setiap orang percaya bahwa seluruh kehidupannya berada di bawah
Ketuhanan Ycsus Kristus, termasuk di dalamnya masalah uang, sehingga kehidupan
kekristenan seharusnyalah berimplikasi pada perilaku orang-orang percaya terhadap
kekayaan dan kemiskinan.[1]
Oleh sebab itu, tidak salah jika kita menyinipulkan bahwa orang percaya yang
gagal mengelola keuangannya dengan baik berarti ia gagal dalam melaksanakan
kehendak Tuhan dalam hidupnya. Itu sebabnya selayaknyalah orang percaya
memperhatikan hal ini dan mulai menerapkan prinsip mengatur hartanya dengan
baik dan jujur agar berkenan di hadapan Tuhan sebab "tidak ada yang Iebih
memperlihatkan orientasi dan hubungan kita dengan Tuhan seperti sikap kita
terhadap uang."[2]
Bukankah Ycsus sendiri mengajarkan bahwa salah satu tanda kerohanian yang
sejati adalah sikap yang benar terhadap harta (Mat. 6:19-20)? Jadi, tepatlah
pernyataan J. Hampton Kcathley, III bahwa tanda seorang manusia yang benar dan
saleh adalah pikirannya kepada Tuhan dan harta surgawi.[3]
Mengapa kita
harus mcmpersembahkan harta benda kita kepada Tuhan? Menurut Edwin L. Frizen, "One of the fundamental lessons for the
Christians is that we cannot outgive God."* Memberi merupakan
aspck penting dalam pelayanan dan dalam kehidupan kerohanian
seseorang.
Walaupun pelayanan Kristcn bukan hanya soal memberi uang, melainkan lebih luas
dari itu, pelayanan sejati juga menyangkut pemberian kita kepada Tuhan. Akan
tetapi fakta di lapangan ternyata membuktikan bahwa tcologi Alkitab mengenai
pengelolaan kekayaan {material
possession) ini tidak terlalu sering dibicarakan di atas mimbar.5
Hamba- hamba Tuhan takut dianggap "mata duitan" bila berkhotbah
mengenai hal- hal yang bersifat materi. Akibatnya, jemaat dibiarkan dalam
ketidaktahuan mereka akan pentingnya pengelolaan keuangan sehingga uang mereka
lebih banyak terbuang untuk hal-hal yang bersifat tidak rohani.6
Realita ini juga dikuatkan oleh hasil penelitian Craig L. Blomberg bahwa bila
diperbandingkan antara berapa yang dihabiskan oleh orang-orang percaya untuk
kesenangan duniawi dengan yang dihabiskan untuk membantu pekerjaan Tuhan,
ternyata jauh lebih banyak yang habis untuk hal-hal yang berupa kesenangan
dunia.7 Gene A. Getz juga menyatakan pendapat yang kurang lebih sama
bahwa diperkirakan orang- orang Kristen Injili memberi rata-rata hanya 2% dari
pendapatan mereka untuk memperluas Kerajaan Allah.8 Apa yang Getz
tulis memang situasi bertahun-tahun lalu dan tidak bisa dijadikan acuan saat
ini, tetapi hal ini dapat menjadi suatu sentakan bagi para rohaniawan bahwa
sudah seharusnyalah jemaat Tuhan diberi petunjuk/pengajaran bagaimana mengelola
keuangannya dengan baik sesuai kehendak Tuhan.9
Memberi untuk
pelayanan Tuhan merupakan salah satu aspek dalam mengelola keuangan yang baik.
Tuhan memiliki tujuan saat la mempercayakan berkat pada umat-Nya, yakni agar
umat-Nya dapat ambil bagian dalam pelayanan dan menjadi saluran berkat bagi
orang lain. "It's about God's effort
to convince people that they need his guidance and love.
^Genc
A. Getz, A Biblical Theology of Material
Possession (Chicago: Moody, 1990) 11.
6Ibid.
14.
7Neither
Poverty nor Riches (Grand Rapids: Ecrdmans, 1999) 19.
SA
Biblical Theology 14. Yang lebih unik lagi adalah justru
orang Amcrika yang kurang mampu lebih "memberi" daripada mereka yang
sebenarnya lebih mampu dan mapan dalam ekonomi. Bahkan slogan epigram John
Wesley "Gain all you can. save all
you can. give all you can" telah berganti menjadi "money will solve your problem,"
"Go with the flow to make the dough." dan "spend all you cart* (ibid.).
'
Sebagai pcrbandingan menurut data yang dikumpulkan oleh Christian Financial Concepts pada
September 2000, 20% anggota gereja Injili memberi 80% dari pemasukan mereka
untuk mendukung gereja mereka, sementara 30% memberi 20%, scdangkan 50% lainnya
tidak memberi apa-apa (Ken Walker, "Tithing: What Should the Church Teach
its Members About Giving?" http://www.bpncws.net/bpnews.
asp?ID = 16275; diakses pada 26 April 2011).
It's about people like us who try to understand what God
is and how he wants us to live with one another. It's really about
giving"™
Perpuluhan
merupakan salah satu aspek penting dalam hal memberi yang tak dapat diabaikan
dalam kehidupan material segenap umat Tuhan, yang sangat tertib pelaksanaannya
di masa PL. Selain itu, perpuluhan merupakan salah satu sistem pengelolaan
keuangan yang ditetapkan oleh Allah sendiri. Akan tetapi perpuluhan ini
kemudian berkembang menjadi sesuatu yang dianggap kontroversial. Ada yang
menganggap praktik ini sudah tidak berlaku lagi di zaman sekarang, hanya
berlaku di zaman PL di bawah hukum Taurat Musa, namun ada pula yang dengan
tertib mematuhinya. Itu sebabnya penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut
berbagai kontroversi seputar ajaran ini dan bagaimana sesungguhnya pengajaran
Alkitab mengenai perpuluhan. Apakah perpuluhan masih relevan dilakukan di zaman
sekarang ini? Atau itu hanya berlaku di zaman PL saja? Sebab ada yang
beranggapan memberi perpuluhan adalah mekanismc hukum Taurat, sementara Tuhan
Yesus sendiri sudah menggenapi hukum Taurat dengan kematian-Nya di kayu salib
schingga segala bentuk mekanisme Taurat tidak membebani kita lagi. Apa dan
bagaimana solusi yang tepat seputar kontroversi dan relevansi perpuluhan di
masa kini, itulah yang akan dibahas dalam tulisan ini.
ASAL MULA PERPULUHAN
Sebelum
lebih lanjut menyelidiki bagaimana sesungguhnya konsep alkitabiah mengenai
pengajaran perpuluhan, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi
perpuluhan. Dalam bahasa Inggris dipakai kata "tithtf untuk menunjuk pada perpuluhan, yang oleh Easton's Biblical Dictionary
didefinisikan sebagai berikut: "a
tenth of the produce of the earth consecrated and set apart for special
purposes."" American Tract Society Dictionary juga
berpendapat tidak jauh berbeda bahwa
"tithd' adalah: "a
tenth, the proportion of a man's income devoted to sacred
[1]Douglas
W. Johnson, The Tithe, Challenge or
Legalism (Nashville: Abingdon, 1984) 17. Lebih lanjut ia
mcnguraikan: "Giving is the most
important ingredient no matter what the story-creation, he establishment of a
kingdom, Noah, the prophets, the captivities of the people and their return, or
the Wisdom of sayings and songs. In each story, God gives a person or a people
something for their use and expect them to be faithful in the ways they use it,
others, animal, money and land. In the land, the glory of the use will be
returned to God while people benefit from the gift and its use''
(ibid.). "Brandon Staggs, PowerBiblcCD3.7a(CD
ROM; Bronson: Online Publishing,
2002).
purposes
from time immemorial."12 Kcdua kamus
tersebut lebih menekankan aspek rohani dalam mendefinisikan perpuluhan
tersebut, sedangkan kamus lain, yakni kamus Haag mendefinisikan perpuluhan
dengan menekankan pada fungsinya dalam PL, yaitu sebagai: "Pajak untuk
raja (ISam. 8:15-17) atau pada Bait Kudus untuk nafkah penghidupan para imam
dan kaum Lewi (Kej. 14:20; 28:22).",J Dari kesemua definisi
yang hampir serupa tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa perpuluhan adalah
memberi sepersepuluh dari harta kepemilikan kepada Tuhan sebagai rasa syukur
atas segala berkat-Nya yang kemudian digunakan untuk menopang pelayanan
(mcnyokong penghidupan orang-orang Lewi sebagai pelayan di Bait Suci),
Dalam
Alkitab perpuluhan disebut pertama kali dalam Kejadian 14:20 saat Abraham
memberikan sepersepuluh dari hasil kemenangannya atas Kedorlaomer kepada
Melkisedek, raja Salem, imam Allah Yang Maha Tinggi. Ayat ini biasanya dianggap
sebagai ayat yang menyatakan awal mula konsep perpuluhan muncul di Alkitab.
Perpuluhan tersebut dibcrikan oleh Abraham sebagai rasa syukurnya setelah ia
berhasil membebaskan Lot dari tangan Kedarlaomer dan memperoleh banyak jarahan.
Kenapa ia memberikannya kepada Melkisedek? R. T. Kendall menyatakan pendapatnya
tentang hal tersebut sebagai berikut:
One
answer is that Melchizedek's words were apparently the first Abraham had heard
other than from God Himself which resonated with all Abraham knew of the true God...
when Melchizedek blessed Abraham the latter knew
that there was a direct connection between the victory he had just won and this
figure who had brought out bread and wine
... it was Melchizedek's words,
then, that made the difference.u
Di mata Abraham,
Melkisedek merupakan utusan Tuhan yang menyuarakan perkataan-Nya, apalagi
disebutkan dalam ayat tersebut bahwa Melkisedek adalah imam Allah Yang
Mahatinggi sehingga Abraham menganggap memberikan persembahan kepadanya sama
dengan memberi kepada Tuhan. Abraham melakukannya bukan saja dengan luapan
syukur, tapi juga dengan sukarela. Saat itu belum ada ketetapan yang jelas
seperti di zaman Musa mengenai perpuluhan ini sehingga dapat
,2Ibid.
,3YLSA, SABDA/OLBversi 7.03 (1997-1999).
u
Tithing: A Call to Serious Biblical Giving (Grand Rapid:
Zondcrvan, 1983) 46-47.
dikatakan
Abraham melakukannya atas inisiatif sendiri. "It was a voluntary act
of gratitude."15 Walau secara fisik ia memberikannya
kepada Melkisedek, tapi pada dasarnya secara rohani Abraham memberikannya
kepada Tuhan sebab Melkisedek sendiri adalah bayangan dari Yesus Kristus (Ibr.
7:4-5). Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa pada zaman Abraham,
perpuluhan belum menjadi kewajiban. Perpuluhan adalah persembahan yang
diberikan kepada Tuhan sebagai ekspresi ungkapan syukur kita.
Perpuluhan
kemudian kembali disebut dalam kisah Yakub ketika ia bernazar kepada Tuhan
dalam pelariannya bahwa ia akan memberikan sepersepuluh dari segala sesuatu
yang Tuhan beri padanya apabila Tuhan melindunginya dalam perjalanannya (Kej.
28:20-22). Merupakan kebiasaan/adat sejak permulaan bahwa sebelum menempuh
perjalanan yang sulit dan berbahaya perlu untuk berdoa memohon perlindungan
Allah.16 Itu sebabnya Yakub bernazar dengan alasan, " to dedicate a place of worship to God, as did
Abraham, and to likewise tithe "v Sama halnya dengan
kakeknya, Abraham, Yakub pun memberi perpuluhan atas inisiatif sendiri dengan
sukarela. "It seems that their decision to tithe was motivated
by gratitude, rather than obedience, fear of punishment, or even in order to
obtain a blessing from God."1*
Dari
cerita mengenai Abraham dan Yakub tersebut kita mendapati bahwa sesungguhnya
dasar pclaksanaan perpuluhan bukanlah semata karena keberadaan keimamatan Lewi,
melainkan karena keberadaan Allah. Mereka melakukannya sebagai suatu tindakan
penyembahan sebab pembayaran perpuluhan adalah aksi yang signifikan dalam
hubungan mereka dengan Tuhan.19 Meski demikian ada juga yang
berpendapat bahwa kedua contoh tersebut bukanlah sebagai tindakan memberi
perpuluhan, melainkan hanya tindakan kondisional semata sebab hanya disebut
satu kali saja dalam sejarah kehidupan Abraham dan Yakub.20 Pendapat
inilah yang kemudian menjadi dasar argumen yang menyatakan bahwa
"perpuluhan yang sebenarnya" dimulai di zaman Taurat dan
[1]Ibid,
49.
[1]
"Tithing-Today?" http://www.cogeternal.org/tcxtAB5tithingtcKlay.htm;
diakscs pada 26 April 2011.
,7Ibid.
[1]Arthur
L. Manning 3rd, "Tithing-for Today?" http://pages.sbcglobal.net/clocks/
tithe.htm; diakses pada 26 April 2011.
[1]"Ti
t h i ng-Tod ay?"
2u"The
Origin of Tithing," http://www.letusreason.org/doct54.htm;
diakses pada 26 April 2011.
merupakan bagian dari hukum Taurat
karcna pada zaman Tauratlah Allah menjadikan perpuluhan sebagai suatu
ketetapan, semcntara perpuluhan yang diberikan oleh Abraham dan Yakub dilakukan
bukan karena mereka menerima ketetapan dari Tuhan, melainkan atas inisiatif
sendiri didasari kerinduan bersyukur. 21 Mengenai perdebatan dalam
hal apakah perpuluhan ini merupakan bagian dari hukum Taurat yang sudah
digenapi dalam Kristus sehingga tak berlaku di masa kini dan perdebatan-
perdebatan lainnya akan kita bahas pada bagian selanjutnya.
ATURAN PERPULUHAN DI
ZAMAN TAURAT
Perpuluhan
kcmudian menjadi sesuatu yang legal di zaman Taurat Musa. Imamat 27:30-34
mcncatat Tuhan menetapkan perpuluhan menjadi suatu persembahan yang wajib
diberikan oleh bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya. Perpuluhan menjadi suatu
lambang ketaatan bangsa Israel pada ketentuan Tuhan. Pada zaman Taurat ini
perpuluhan bukan lagi sekadar persembahan yang diberikan dengan sukarela atas
inisiatif sendiri, melainkan menjadi suatu
keharusan yang pelaksanaannya diatur scpcnuhnya oleh Tuhan.
Perpuluhan menjadi semacam pajak wajib bagi bangsa Israel, yang diperkenalkan
oleh Musa atas perintah Tuhan dengan didasari dalam bangsa Israel ada yang
disebut dengan sistem keimamatan dan sistem korban.22 Tujuan dari
perpuluhan dalam PL adalah mengajar umat Tuhan untuk selalu mengutamakan Allah
dalam hidupnya sesuai Ulangan 14:23. John R. Muther mengungkapkan
[1]J.
B. Sparks, misalnya, berpendapat bahwa sesungguhnya perpuluhan adalah aturan
yang tak rclcvan lagi di masa kini karena Tuhan Ycsus telah menggenapi hukum
Taurat, termasuk perpuluhan di dalamnya, dengan kcmatianNya di kayu salib. Ia
menjelaskannya sebagai berikut: "According
to Bible dictionaries, tithing was popular among many nations. History shows
that many nations gave different percentages of their income for religious
works. The Westminister Diet, of the Bible says the separation of a certain
proportion of the products of one's industry or of the spoils of war as tribute
to their gods was practiced by various nations at this time. The Lydians
offered a tithe of their booty. The Phoenicians and Carthaginians sent a tithe
annually to the 'I'yrian Hercules. These tithes might be regular or occasional,
voluntary or prescribed by law. The Egyptians were required to give a 5th part
of their crops to Pharaoh (Gen. 47:24.) Abraham and Jacob were no doubt
familiar with this principle, even though it was not yet given to them by God
as a command " ("Why Modern Churches are Carnal God's Plan
for a Scriptural New Testament Church," http://cnview.comychurches_today/chapter_6_truth_about_the_church.htm;
diakses pada 26 April 2011).
[1]"The
Origin of Tithing."
pemikirannya
mengenai hal ini dengan menyatakan, "
The Old Testament institution of the tithe... served in part to remind the Israelites that
their wealth was ultimately the Lords and that they were to use it to his
glory."72'
Menurut
Keathley sistem perpuluhan di zaman Taurat dapat diklasifikasi ke dalam tiga
bagian sebagai berikut:24
1.
Perpuluhan dari seluruh milik seseorang
(Im. 27:30-33) yang diberikan kepada orang Lewi untuk pelayanan di Bait Allah
(Bil. 18:20-21). Kaum Lewi sendiri juga tidak terlepas dari kewajiban
perpuluhan ini sebab mereka pun harus memberikan sepersepuluh dari yang mereka
dapatkan kepada Imam Besar Harun sebagai persembahan khusus (Bil. IS.2&).25
2.
Perpuluhan diambil dari apapun yang
dihasilkan setelah perpuluhan pertama diberikan, yaitu perpuluhan yang
dilakukan untuk hari raya Tuhan dan korban (Ul. 12:17-18; 14:22) dan dibawa ke
tempat kudus, baik dalam bentuk uang maupun bukan. Dengan keharusan membawa
perpuluhan tersebut ke tempat yang dipilih Tuhan, baik dalam bentuk uang maupun
bukan, maka karakter perpuluhan tersebut tak terelakkan lagi menjadi berubah. Perpuluhan
dapat dikatakan berubah dari scmacam bentuk persembahan hasil panen menjadi
pembayaran pajak belaka kepada imam dan orang Lewi sehingga tak salah jika
perpuluhan dikatakan juga sebagai salah satu bentuk dari pajak kultik.26
Perpuluhan ini juga dilakukan dengan tujuan mendemonstrasikan prioritas Allah
dalam kehidupan umat Israel, yang dilakukan dengan rutin tahun demi tahun (Ul.
14-.22).27
^"Moncy
and the Bible" 6.
24"Kejujuran
Keuangan."
25
Penting untuk disadari bahwa meskipun persembahan perpuluhan itu diberikan
kepada suku Lewi, persembahan itu tetaplah milik Tuhan yang Ia berikan kepada
mereka (ay. 21), sebab Tuhan sendiri yang telah menetapkan aturan tersebut,
bukan orang Lewi. Keimamatan Lewi ini merupakan bentuk representasi pekerjaan
Yesus Kristus (bdk. Im. 6 dengan Ibr. 7 di mana Yesus Kristus sebagai
Melkisedek, yang adalah Imam Besar yang Agung, menerima perpuluhan dari
Abraham, bapa leluhur orang Lewi).
^-ukas
Vischer, Tithing in the Early Church
(Philadelphia: Fortress, 1966) 4.
27Mengenai
perpuluhan jenis kedua ini Baker's
Evangelical Dictionary of Biblical Theology punya pendapat lain.
Menurut kamus ini pada dasarnya ayat-ayat pada Bilangan 18 dan Ulangan 14 yang
berbicara mengenai perpuluhan yang sepertinya berbeda, namun sebenarnya mengacu
pada satu bentuk yang sama. Hanya saja situasi kondisi yang ada membuat kedua
ayat tersebut seakan berbeda satu dengan yang lain.
3.
Perpuluhan yang diberikan tiap tiga tahun sekali untuk kesejahteraan orang
Lewi, orang asing, yatim piatu dan janda (Ul. 14:26-29). Bentuk perpuluhan ini
dianggap sebagai suatu bentuk perpuluhan yang melengkapi perpuluhan jenis kedua
yang bisa dikatakan tidak memperhatikan mereka yang berkekurangan. Dengan perpuluhan
jenis ketiga ini, maka orang asing, anak yatim dan janda yang biasanya
terabaikan menjadi diperhatikan.
Sebenarnya
bila dikalkulasikan ketiga jenis perpuluhan tersebut jumlahnya bukan lagi 10%.
F. C. Grant berpendapat jika orang-orang Yahudi mempraktikkan perpuluhan sesuai
dengan ketentuan yang Tuhan beri jumlahnya tidak mungkin tepat 10%, melainkan
dapat sampai pada sekitar 20-23'/2% dari total pendapatan si pelaksana
perpuluhan.28 Mengenai hal ini penulis lebih condong untuk
menyetujui apa yang ditulis Baker's
Evangelical Dictionary of Biblical Theology mengenai perpuluhan ini
bahwa sesungguhnya hanya ada satu saja perpuluhan yang diberikan kepada Tuhan.
Kalaupun perpuluhan itu kemudian seakan berbeda karena perubahan situasi yang
ada. Kitab Bilangan ditulis pada masa pengembaraan sehingga menginstruksikan
orang Israel memberi perpuluhan pada orang Lewi saja. Sementara di masa kitab
Ulangan, orang Israel telah memasuki tanah perjanjian dan mulai menetap
sehingga memungkinkan perpuluhan tersebut diberikan sambil mengadakan perayaan
khusus, yaitu memakan perpuluhan bersama antara keluarga si pelaksana
perpuluhan (termasuk hamba-hambanya) dengan orang Lewi di tempat yang
ditctapkan oleh Tuhan (Ul. 12:17-19). Jadi, pada dasarnya perpuluhan jenis
pertama dan kedua adalah sama. Sementara untuk perpuluhan jenis ketiga
sebenarnya adalah perpuluhan yang sama, hanya saja perpuluhan tersebut pada
akhir tahun ketiga diberikan kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan
para janda.
Selanjutnya
di masa pembuangan dan sesudahnya, perpuluhan mengalami perkembangan makna yang
disesuaikan dengan kondisi bangsa Israel saat itu. Pcriode pembuangan dianggap
berperan besar dalam perkembangan perpuluhan menjadi pajak kultik yang
sesungguhnya, di mana sclama masa pembuangan perpuluhan dapat dianggap sebagai
salah satu jenis pajak yang dibayarkan pada imam-imam. Selama masa ini,
perayaan pemujaan tidak lagi dapat dikombinasikan dengan pembayarannya, bahkan
teks-teks sesudah masa pembuangan tidak lagi menyinggung perpuluhan yang
dirayakan dengan makan bersama. Yang
[1]Dalam
Richard B. Cunningham, Creative
Stewardship (Nashville: Abingdon, 1984)102.
TEOLOGI BlQUKA MENGENAI PERPULUHAN
jelas substansi
perpuluhan harus dibawa ke Bait Allah dan disimpan di sana. Pada periode ini
kita juga dapat menemukan hukum yang mengizinkan penebusan substansi perpuluhan
dan bentuk pembayaran lebih berupa uang daripada produk alamiah/natural. Bahkan
lagi peraturan yang mengatur mengenai pengantaran perpuluhan ditinjau kembali
di mana pelaksana perpuluhan tidak perlu lagi membawa persembahan ke Yerusalem.
Orang-orang Lewi yang akan mengumpulkan perpuluhan tersebut pada waktu-waktu
tertentu (Neh. 10:37, 38). Itu sebabnya Vischer kcmudian berpendapat di masa
ini, perpuluhan benar-bcnar telah mengambil rupa sebagai semacam pajak.29
KONSEP PERPULUHAN DALAM
PB
Jika
dalam PL perpuluhan ditekankan dengan jelas dan diatur sedemikian rupa sebagai
bagian dari hukum yang harus ditaati maka di era PB masalah perpuluhan tidak
terlalu signifikan untuk dibahas. Kata "perpuluhan" hanya ditulis
beberapa kali dalam PB. Pertama,
disebut oleh Yesus dalam Matius 23:23 ketika menghardik orang Farisi yang
secara teratur melaksanakan perpuluhan, namun tidak memiliki kebenaran, belas
kasihan maupun kesetiaan. 30
Kedua, disebut oleh Yesus saat mcnceritakan perumpamaan tentang dua
orang yang berdoa di Bait Allah. Yang satu adalah seorang Farisi, yang mcrasa
diri benar karena telah melakukan segala perintah Tuhan termasuk perpuluhan,
dan yang lainnya adalah seorang pemungut cukai (Luk. 18:12). Ayat lain yang
menyebut tentang perpuluhan adalah lbrani 7. Di situ dipaparkan tentang
Melkisedek, gambaran Tuhan Yesus Kristus, yang menerima perpuluhan dari Abraham
(Kej. 14:17-20). Akan tetapi, keempat ayat-ayat tersebut tidak menyatakan
aturan-aturan khusus mengenai perpuluhan. Harus diakui tidak ada bagian atau
ayat dalam PB yang menetapkan perpuluhan sebagai suatu ketetapan yang berlaku,
namun yang jelas kita dapat mcnyimpulkan bahwa saat Yesus Kristus ada di dunia
perpuluhan masih tctap berlaku di era PB, meski tidak ada ayat khusus yang
menyatakan Yesus menginstruksikan murid-murid-Nya melakukan perpuluhan dan juga
tidak ada ayat yang menyatakan Yesus menentangnya.31
^Vischer, Tithing in the Early S. 30Juga
dicatat dalam Lukas 11:42.
MBill
Bright, As You Sow the Adventure of Giving by Faith (San
Bernardino: Here's Life, 1989) 123.
27
Pada
perkembangan selanjutnya di era rasul-rasul, gereja mula-mula mengembangkan
konscp giving (memberi), yang
dipercaya merupakan konsep yang dikembangkan dari perpuluhan. Namun konsep giving ini dalam praktiknya melebihi
konsep memberi 10% dari pendapatan yang ada. Di masa gereja mula-mula, jemaat
Tuhan dengan hati yang digerakkan oleh Tuhan, memberikan apa yang mereka miliki
untuk menjadi kepunyaan bersama dan selalu ada di antara mereka yang menjual
harta mereka lalu membagi-bagikan hasil penjualannya kepada anggota yang lain
sesuai keperluan masing-masing (Kis. 2:44-45). Gereja mula- mula mengalami
pertumbuhan yang pesat sehingga membutuhkan keuangan yang tidak sedikit dan
Alkitab mcncatat bagaimana mereka semua mengatasi hal tersebut secara bersama.
Tidak dikatakan bahwa gereja mula-mula mempraktikkan perpuluhan sebagaimana
yang berlaku di zaman PL, namun mereka mengembangkan konsep yang melampaui konsep perpuluhan di zaman
Taurat. Mereka bukan hanya memberikan 10% saja, melainkan melebihi dari takaran
tersebut dan perbuatan itu mereka melakukan dilandasi dengan hati yang tulus
dan mengasihi karena komitmen mereka pada Yesus Kristus dan juga untuk
mencukupi kebutuhan manusiawi mereka.32 Jadi, kita dapat mengatakan
bahwa konsep perpuluhan dalam PB telah digantikan dengan apa yang dinamakan giving; yang melebihi dan melampaui
konsep perpuluhan.33
Giving dalam PB memiliki
fungsi yang sama seperti perpuluhan dalam PL, yakni untuk menyokong pelayanan
dan sebagai sumber penghidupan pelayan-pelayan Tuhan. Hal itu dapat kita lihat
dari dasar-dasar Alkitab sebagai berikut:
3.
1 Korintus 9:1-22, gembala berhak minum
susu dombanya (ay. 7). Sama seperti perpuluhan yang digunakan untuk menyokong
kehidupan para imam Lewi di zaman PL sclaku pelayan Tuhan, pemberian {giving) jemaat dalam PB juga dipakai
sebagai sumber penghidupan pelayan-pelayan Allah dan untuk membantu pekeijaan
Tuhan sebab seorang pekerja yang melayani Tuhan dengan sungguh patut untuk
mendapatkan upahnya. Setiap pelayan Tuhan berhak mengharapkan kehidupan standar
yang sepadan dengan pekerjaannya yang mulia dan kudus.34
4.
Galatia 6:6-7 menyatakan bahwa orang
yang menerima pengajaran firman seharusnyalah membagi berkatnya dengan orang
yang
[1]Gctz, A Biblical Theology AS.
[1]"Tithing-Today?"
^Olford, The Grace of Giving $9.
mengajarkannya.
Olford menyuarakan pendapatnya tentang hal ini dengan mengatakan: "God has never intended His servant to exist
as paupers, while those who arc enriched by their ministry live as
princes."35 Bila jemaat diberkati dengan pelayanan
hamba Tuhan, maka ia wajib membagi berkatnya dengan hamba Tuhan tersebut.
Bahkan ayat 6 mengatakan bagaimana seharusnya orang percaya membagi segala
sesuatu yang ada padanya. Jadi, bukan sekadar 10% dari pendapatannya, melainkan
dalam segala hal yang baik, tidak hanya dalam bentuk uang sesuai dengan Alkitab
versi King James, "Let him that is
taught in the word communicate unto him that teacheth in all good things."
5.
Roma 15:26-27 yang menyatakan bahwa
pemberian bantuan kepada mereka yang membutuhkan juga merupakan bagian dari
pelayanan, terlebih membantu saudara-saudara seiman di dalam Tuhan.
6.
Filipi 4:15-19 mengisahkan tentang
jemaat Filipi yang memberi bantuan kepada Paulus dalam pelayanannya.
7.
2 Korintus 11:7-9 menulis tentang
bagaimana Paulus ditopang oleh jemaat dalam pelayanannya.
8.
I Timotius 5:17-18 mencatat bagaimana
para penatua memperoleh bantuan finansial dari domba-domba yang mereka layani.
Kesimpulannya,
perpuluhan tidak disebutkan lagi sebagai aturan khusus dalam PB, namun konsep
perpuluhan dikembangkan menjadi lebih luas lagi, yaitu memberi (giving) sebab keuangan merupakan aspek
penting dalam pelayanan yang tak dapat diabaikan. Mengapa jemaat Tuhan harus
memberi? Karena selain pelayanan butuh dukungan dana (IKor. 9:14), orang-orang
miskin dan bcrkekurangan perlu diperhatikan (Gal. 2:10), lagipula banyak
memberi tidak akan membuat umat Tuhan berkekurangan karena Tuhan berjanji Ia
yang akan menjadi sumber segala berkat dan akan melipatgandakannya bagi mereka
yang setia (2Kor. 9:10), asalkan umat Tuhan memberi dengan sukarela, tanpa
mcrasa terpaksa (2Kor. 9:7).
KONTROVERSI PERPULUHAN
DI MASA KINI
Ada
banyak argumen yang dilancarkan untuk menolak pemberlakuan perpuluhan di masa
kini. Adapun argumen-argumen tersebut adalah sebagai berikut:
"ib.d.
Pertama, perpuluhan adalah ketetapan berdasarkan hukum
Taurat, bukan anugerah. Karena Yesus telah datang dan
menggenapi hukum Taurat dengan kematian-Nya di kayu salib, maka kita hidup
bukan lagi di bawah ketetapan hukum Taurat melainkan di bawah pimpinan Roh oleh
anugerah Tuhan (Gal. 5:18; Rm. 6:14).
If
God did not command Christians to keep the Law, He did not compel them to tithe
either. Christ fulfilled the Law with His death on the cross, nullifying its
tyranny and replacing it with the freedom of grace. To require tithing would
remove the precious liberty we have in Christ *
Keathley
berargumen "hukum" dalam Roma 6:14 adalah anarthrous, sesuatu yang kualitatif, yang tidak bicara
mengenai satu hukum tertentu seperti hukum PL, tetapi hukum apapun.37
Dengan demikian, kita tidak di bawah sistcm/aturan apapun dalam hubungan dengan
Tuhan, selain di bawah hukum Kristus tentunya (lKor. 9:21 Gal. 6:2). Itu
sebabnya ia merupakan salah seorang yang bcranggapan perpuluhan sudah tidak
berlaku lagi saat ini. Namun, Keathley mendukung prinsip memberi dengan
menyatakan bahwa sejak zaman PB yang berlaku adalah prinsip memberi sesuai
dengan anugerah/bimbingan Tuhan melalui roh (2Kor. 8:1- 3,7; lKor. 16:2).38
Tidak ada ayat signifikan dalam PB mengenai perpuluhan. Kalaupun Yesus atau
penulis surat Ibrani menyinggung soal perpuluhan, menurutnya itu hanyalah
sekadar menyatakan referensi sejarah yang diberikan pada Israel di masa PL,
tetapi hal itu tidak pernah menunjukkan perpuluhan menjadi aturan hidup bagi
gereja. Jadi, di masa kini jemaat tidak perlu memberi perpuluhan, cukup memberi
sesuai kerelaan hati dan kemauannya sendiri menurut berkat yang Tuhan beri
padanya.39
Kedua, perpuluhan tergantung pada keimamatan Lewi dalam
aplikasinya. Setelah keimamatan Kristus menggantikan
keimamatan Lewi, hal itu juga meniadakan sistem lama di mana perpuluhan
termasuk di dalamnya. " With the
sealing of the New Testament at Christ's
death, the tithe passed with the system of which it was a part.,y4Q
[1]Bright, As You Sow 112.
37i'Kcjujuran
Keuangan."
[1]Ibid.
3*Ibid.
bright, As You Sow\\2.
Kctiga, Yesus tidak melakukan perpuluhan, demikian pula
pengikut- pcngikut-Nya. " One can assume, therefore, that the absence of
tithing from Jesus specific teachings gives mute testimony that its validity
ceased with the end of the Old Testament.'MI
Keempat, perpuluhan melayani materialisme.
Bila seseorang sebenarnya mampu memberi lebih dari 10%, namun hanya memberi 10%
saja sesuai ketentuan perpuluhan dan kemudian memakai selebihnya untuk hal-hal
yang tidak rohani, maka itu berarti ia sudah teijebak dalam hal melayani
materialisme. "Proportionate giving
relieves the donor of any pressure to give more, thus freeing the greater part
for himself. With his gift paid out, he can sit back, relax and not feel guilty
about how he spends the other 90percent."*1
Kelima, perpuluhan memproklamirkan ketidakikutsertaan.
Setelah memberikan jumlah yang proporsional untuk membiayai "aksi,"
(maksudnya di sini pelayanan), si pemberi dapat tinggal duduk saja dan
menyaksikan hasilnya dari kejauhan. Ia tidak perlu merasa harus terlibat secara
pribadi dan dapat tetap memilih berdiri dengan anonim.45
Kccnam, perpuluhan merupakan tipuan untuk menghasilkan
uang. Argumen ini merupakan alasan yang paling sering
dikedepankan oleh pihak-pihak yang menolak perpuluhan. Getz, misalnya, menolak
bila perpuluhan dijadikan doktrin oleh orang-orang yang menganut paham teologi
kemakmuran, yang mengklaim dengan memberikan perpuluhan secara teratur akan
membuat umat Tuhan diberkati berlipat kali ganda. Menurutnya, pandangan semacam
ini akan menghasilkan kelompok kapitalis dan hal ini gagal ditcngarai oleh para
guru Alkitab, atau kemungkinan dapat saja mereka menggunakan cara ini sebagai
cara gampang untuk menghasilkan uang. 44 Seorang tcolog Indonesia,
Herlianto, menyoroti hal ini dengan mengatakan:
Mcnyedihkan
sekali bahwa belakangan ini ayat Maleakhi 3:6-10 (dengan penafsiran harfiah)
banyak disalahgunakan oleh penginjil- penginjil tertentu! Banyak
penginjil-penginjil memanipulasikan ayat itu untuk mengumpulkan dana yang sering disalah-gunakan dengan
motivasi untuk kepentingan diri sendiri, antara lain dengan menanamkan rasa
takut dikalangan jemaat dengan kotbah
yang menyebutkan bahwa bila kita tidak melakukan perpuluhan berarti kita
[1]Ibid.
113.
42Ibid.
4,Ibid.
114.
44Getz, A Biblical Theology 25.
"menipu"
dan akan "dikutuk" Tuhan, tetapi kita perlu
berhati-hati terhadap penginjil-penginjil
yang "menipu" kita dengan kotbah perpuluhansemacam itu!45
Daripada
mengajarkan suatu praktik yang membantu dalam mengarahkan pada pelayanan yang
baik, banyak gereja dan organisasi secara licik menempatkan pola giving sebagai tipuan untuk membuat
departemen pelayanan mereka lebih efektif. Mereka bahkan menggunakan "rasa
bersalah" jemaat untuk memotivasi mereka, sehingga mereka dapat
mcnghasilkan keuangan dalam jumlah besar. Penyalahgunaan konsep perpuluhan ini
membuat mctode ini menjadi sesuatu yang dikecam.
Ketujuh, perpuluhan bukanlah bentuk pemberian secara
proposional. "Memberi sesuai dengan perpuluhan
merupakan halangan bagi pemberian sesuai anugerah yang digambarkan dalam
Perjanjian Bam," demikian Keathley berargumen.46 Banyak orang
yang sebenarnya bisa memberi lebih dari hanya sekadar 10%, tetapi tidak merasa
demikian karena sudah memberi sepersepuluh dari berkatnya menurut aturan
perpuluhan. Namun ada juga orang yang merasa memberi sepersepuluh dari
berkatnya menjadi suatu beban yang cukup berat karena keadaan ekonominya yang
lemah atau "pas-pasan."
Howard
Dayton, seorang pegawai Kcpala Eksekutif Crown Financial Ministries,
berpendapat adalah strategi yang salah bagi gereja menetapkan perpuluhan sebab,
"by focusing solely on how members
should handle 10 percent of their money from God's perspective, church leaders
neglect the other 90 percent and leave people unprepared for comprehensive
stewardship"4? Akibatnya, tidak hcran bila pemberian
jemaat untuk pelayanan tetap lebih kecil daripada yang dibelanjakan untuk
hal-hal duniawi, karena merasa sudah memberi sepersepuluh, ada kecenderungan
untuk menghabiskan yang 90% lagi untuk kesenangan diri sendiri.
Kedelapan, perpuluhan bukanlah syarat keselamatan.
Argumen yang menyatakan bahwa perpuluhan merupakan syarat keselamatan hal
adalah argumen yang terlalu jauh sehingga jika seseorang tidak memberi
[1]Herlianto,
"Perpuluhan ... ? 10%," Majalah
Sahabat Awam9 (Januari 1989)
15.
^"Kejujuran
Keuangan."
4?Dalam
Walker, "Tithing: What Should the Church Teach its Members about
Giving?"
perpuluhan
maka ia bukanlah seorang Kristen sejati dan tidak akan selamat.48
Maleakhi 3:6-10
merupakan ayat yang paling sering digunakan untuk menakut-nakuti jemaat Tuhan
agar memberi perpuluhan bila tidak ingin "dikutuk." Akibatnya,
perpuluhan menjadi sesuatu kewajiban belaka dan bila sudah begitu berarti orang
tersebut hidup di bawah hukum, padahal Galatia 5:4 menjelaskan bahwa jika kita
mengharapkan kebenaran oleh karena melakukan hukum maka kita ada di luar kasih
karunia Allah.
RELEVANSI PERPULUHAN DI
MASA KINI
Bagi
mereka yang setuju terhadap perpuluhan, ada beberapa argumen yang dikemukakan
untuk menyatakan bahwa perpuluhan masih berlaku hingga kini, yaitu: pertama, perpuluhan sebagaipenuntun
praktis/berguna untuk konsep pemberian yang sistematis scsuai 2 Korintus 9:5, 7. "A practical plan for giving, however, enable us to circumvent the emotions
and circumstances that would hinder us from being faithful stewards Bila
kita tidak memiliki standar yang paten berapa yang harus kita beri, maka kita
cenderung akan memberi dengan sekehendak hati yang tergantung pada suasana
hati. Persoalan timbul ketika hati kita sedang tidak ingin memberi, apakah itu
berarti kita tidak dipersalahkan bila memutuskan untuk tidak memberi?
Bagaimanapun prinsip-prinsip pengaturan diperlukan agar kita dapat
mendisiplinkan diri kita.50 Memberi minimal 10% dari berkat kita
dapat menjadi standar agar kita dapat memberi secara sistematis.
Kedua, perpuluhan memberi kelepasan spiritual, yakni
dengan melepaskan kita dari tirani materialistis.
Dengan memberi secara teratur sepersepuluh dari berkat yang kita peroleh, dapat
menghindarkan kita dari godaan untuk menjadi materialistis. Bagaimanapun keinginan
untuk memiliki segala sesuatu ada di dalam diri tiap-tiap orang, yang siap
membelenggu kita setiap saat.
Ketiga, perpuluhan mengakui Tuhan sebagai sumber dan
pemilik segala harta yang dimiliki. Sesungguhnya semua
yang kita miliki berasal semata-mata dari Tuhan, namun Ia memberikan dengan
murah hati kepada kita. Oleh sebab itu, sebenarnya bukanlah hal yang berat
untuk
[1]"Are
You Giving to God with a Cheerful Heart or Tithing by Law to Benefit
Yourself?" http://www.Ietusrcason.org/Wf34.htm;
diakses pada 26 April 2011.
[1]Bright, As You Sow 115.
Kendall, T/thingGO.
mengembalikan
sepersepuluh dari pemberian itu kepada pemiliknya yang
sah.
Keempat, perpuluhan adalah tindakan sukarela dari
penyembahan. Perpuluhan merupakan bagian dari
penyembahan sebab perpuluhan merupakan bagian dari korban yang kita persembahkan
pada Tuhan. Dengan memberikan perpuluhan, jemaat menyatakan rasa syukurnya atas
segala berkat yang Tuhan berikan.
Kelima, perpuluhan mengajar kita untuk mengutamakan
Tuhan. Maksudnya, saat kita pertama kali menerima berkat
dari Tuhan, maka terlebih dahulu kita menyisihkan sepersepuluh dari berkat
tersebut untuk dijadikan persembahan perpuluhan, sebelum mulai memakainya untuk
mencukupi kebutuhan kita. Jadi, perpuluhan diambil dari penerimaan awal kita,
bukan dari penerimaan yang sudah terlebih dahulu dipotong- potong untuk
berbagai keperluan.
KESIMPULAN
Setelah
mempelajari seluk-beluk dari perpuluhan, mulai pada zaman PL sampai pada masa
PB serta berbagai pendapat yang pro dan kontra terhadapnya, penulis berpendapat
bahwa:
Pertama, sesungguhnya perpuluhan sudah dimulai dari
Abraham yang kemudian menjadi bagian ketetapan Tuhan yang dilegalkan dalam
hukum Taurat. Jadi, perpuluhan memang merupakan
bagian dari hukum Taurat dan bila ada pihak yang menolak perpuluhan karena
alasan tersebut, tidaklah sepenuhnya salah. Pada kenyataannya kita sekarang ada
di bawah anugerah Kristus dan hidup dipimpin oleh Roh. Yesus telah menggenapi
hukum Taurat dengan kematian-Nya di kayu salib sehingga bila kita mempraktikkan
hukum Taurat dengan rasa kewajiban dan keterpaksaan oleh karena hukum atau
dengan menganggapnya kita dapat beroleh keselamatan maka kita bersalah di
hadapan Tuhan karena mengabaikan makna penebusan Kristus. Namun, bila kita
melakukannya dengan didasari kasih dan rasa syukur kita kepada-Nya, dengan rela
dan tidak bersungut-sungut sesuai 2 Korintus 9:6-8; 5:14, maka hal itu
dibenarkan. Walaupun penulis menyetujui perpuluhan merupakan bagian dari hukum
Taurat yang sudah digenapi oleh Yesus Kristus, tetapi penulis tidak mcncntang
pelaksanaan perpuluhan. PB memang tidak membahas secara spesifik dan khusus
mengenai perpuluhan, namun juga tidak ada ayat yang jelas-jelas mengatakan
perpuluhan sudah tidak berlaku lagi. Yesus dan penulis surat Ibrani beberapa
kali menyinggung perpuluhan sebagai suatu praktik yang sah. Tidak ada alasan
untuk menganggap
perpuluhan
harus ditiadakan di zaman Perjanjian Baru dan di masa kini. Lagipula meski
hukum Taurat telah digenapi oleh kematian Yesus, namun bukan berarti
ditiadakan. Hukum tersebut disempumakan oleh Yesus dengan kasih-Nya sehingga
bila sebelumnya kita melakukan ketetapan Allah karena takut akan hukuman, maka
sekarang kita melakukannya karena kasih.
Kedua, bagaimanapun tetap diperlukan suatu sistem
keuangan yang sistematis dan sehat sebagai sumber penghidupan hamba-hamba Tuhan
dalam melaksanakan tugas pelayanan mereka di dalam Tuhan.
Untuk memenuhi hal ini, dibutuhkan peran serta seluruh umat Tuhan tanpa
terkccuali. Tuhan sudah memberikan berkat bagi umat-Nya sehingga tidak
berlebihan jika umat Tuhan juga perlu ambil bagian dalam pelayanan pekerjaan
Tuhan, baik lewat berkat yang Tuhan beri maupun lewat kehidupannya.
Agar
umat Tuhan dapat memberi dengan sistematis, perpuluhan merupakan standar
minimal. Maksudnya, pemberian kita tidak dibatasi oleh perpuluhan tersebut,
tetapi perpuluhan sebagai langkah awal sehingga kita dapat memberi melampaui perpuluhan jikalau memang
kita mampu untuk itu. Gereja mula-mula dalam PB telah memberikan contoh pada
kita bagaimana mereka bukan hanya memberi sepersepuluh dari harta mereka,
melainkan setengah bahkan semua yang mereka punya. Dalam konteks greja
mula-mula dan ajaran rasul-rasul, perpuluhan memang tidak ditekankan lagi namun
konsep tersebut tidak hilang, tetapi kemudian dikembangkan menjadi konsep giving (memberi) yang lebih luas
bahkan melampaui konsep perpuluhan. Kendall yang bersikap pro terhadap
perpuluhan menyuarakan pendapatnya sebagai berikut: "we should not end with
the tithe but should give beyond the tithe."5[
Bagaimanapun juga perpuluhan adalah awal yang merupakan ketentuan dasar minimal
bagi orang percaya. Kita tidak boleh terpaku hanya pada jumlah sepersepuluh
dari berkat yang kita dapat. Kalau Tuhan sudah mempercayakan banyak sehingga
kita mampu memberi lebih dari itu, sudah sepatutnyalah kita memberi lebih dari
perpuluhan.
Merupakan hal
yang salah bila seseorang menganggap dengan konsep memberi (giving) ia dapat memberi sekehendak
hatinya sendiri. Kita memang tidak lagi di bawah hukum atau keterpaksaan, namun
kita hidup di bawah anugerah Tuhan. Kita dibenarkan bukan karena perbuatan
kita, melainkan karena anugerah semata (Ef. 2:8, 9). Akan tetapi, kita tetap
memiliki tanggung jawab untuk hidup dalam kebebasan kita dengan bertanggung
jawab dan tetap memiliki kedisiplinan diri yang didasari kasih
51
Tithing 51.
kita
dan iman pada Tuhan. Minimal kita memberi sepersepuluh dari berkat yang kita
dapat dari Tuhan dengan teratur karena kita mengasihi Tuhan dan mewujudkannya
dengan ikut ambil bagian dalam mendukung pelayanan Tuhan.
Pada dasarnya
konsep memberi dalam PB merupakan konsep yang dikembangkan dari konsep
perpuluhan dalam PL, yaitu dilaksanakan untuk mendukung pelayanan dan
memperhatikan mereka yang berkekurangan (seperti: janda, anak yatim, orang
asing yang ada di tengah-tengah bangsa Israel). Gereja mula-mula juga
mengembangkan konsep memberi atas dasar tujuan yang sama. Cunningham
mengatakan.
The
New Testament indicates that one major purpose of giving is to alleviate
different forms of human need and problems. This dimension is so important that
Jesus teaches that when we give to people in need, we give directly to the
Lxyrd Himself (see Matt. 25:31- 46)/2
Dengan
dasar ini ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam konsep memberi
ini, yaitu:
9.
Sebagai respons atas rahmat Tuhan (2Kor.
8:7), sehingga kita memberi karena kasih
10.
Sebagai respons terhadap teladan Kristus
yang memberi diri-Nya pada kita (2Kor. 8:9), sehingga kita memberi karena Yesus
telah terlebih dahulu memberi pada kita
11.
Sebagai respons terhadap kebutuhan
manusia (Luk. 10:29-37; 2Kor. 8:14) dan prinsip saling memperhatikan agar tidak
ada yang berkekurangan di antara umat Tuhan
12.
Sebagai ekspresi bersyukur pada Tuhan
(Im. 7:12-13) atas segala berkat dan kebaikan Tuhan
13.
Sebagai bentuk persembahan pada Tuhan
(Flp. 4:18) di mana memberi kepada pelayan Tuhan adalah sama dengan memberi
kepada Tuhan
14.
Sebagai jalan/cara simbolisasi komitmen
seseorang dari semua kepemilikannya untuk melayani Tuhan dan manusia (lKor.
6:20), sebab sesungguhnya Tuhan telah menebus kita sehingga kita wajib
memuliakan-Nya dalam segala sesuatu dalam hidup kita
15.
Sebagai bukti konkret dari kasih (2Kor.
8:8, 24) bahwa seseorang yang memilik kasih pastilah tidak berat tangannya
untuk memberi
"Cunningham, Creative Stewardships.
Jadi konsep memberi ini bukan
meniadakan konsep perpuluhan, melainkan
menyempurnakannya. Dengan konsep ini bukan berarti kita bebas dari
kewajiban memberi perpuluhan, melainkan kita kita menjadikan perpuluhan sebagai starting point (prinsip awal) sehingga
kita tidak terpaku pada hanya memberi sepersepuluh saja, namun memberi lebih
banyak lagi karena kita mengasihi Tuhan.
PENUTUP
Perpuluhan
adalah ketentuan yang berasal dari Allah, yang mengingatkan kita bahwa Ialah
yang empunya segala berkat. Di masa kini, kita memberi karena kita mengasihi
Tuhan bukan karena kita takut akan hukuman atau karena mengharap imbalan dan
juga bukan karena dengan pembcrian itu kita berharap dapat diselamatkan
olehnya. Jikalau kita memang menyadari kita hidup di bawah anugerah kasih
Tuhan, maka tidak ada jumlah yang terlalu berat untuk dikorbankan karena kita
mengasihi Tuhan, sama seperti janda yang mcmpersembahkan dua peser duit dalam
Lukas 21:1-4 yang dipuji oleh Yesus karena ia mempersembahkan segala
pendapatannya tanpa paksaan; demikian pula Paulus memuji jemaat Makedonia yang
memberi melampaui batas kemampuannya mereka (2Kor. 8:1-15). Seharusnyalah kita
memberi dengan sukarela tanpa terhalang oleh kekhawatiran, keterpaksaan, ujian
ataupun tantangan seberat apapun juga. Dengan memberi, kita memuliakan Allah
kita yang sudah terlebih dahulu memberi pada kita.
[2]
J. Hampton
Keathley, III, "Kejujuran Keuangan," http://www.bible.org/page.
php?page_id=3690; diakses pada 26 April 2011.
[3]
Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar