Kamis, 20 Maret 2014

KARAKTER PELAYAN TUHAN DALAM TERANG 1 & 2 KORINTUS






KARAKTER PELAYAN TUHAN DALAM TERANG 1 & 2 KORINTUS
Pendahuluan
Karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu (Menurut W.B. Saunders, 1977: 126).[1]  Sifat nyata yang berbeda ini akan membuat seseorang terlihat berbeda dengan oran lain dalam tingkahlakunya. 
            Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir yang memfokuskan bagaimana mengimplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.[2]  Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia.  Jadi istila karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.
            Begitu pula bagi seorang pelayan Tuhan, karakter merupakan faktor yang sangat penting untuk dimiliki dalam menjalani kehidupan pelayanannya.  Keberhasilan seorang pelayan Tuhan juga akan dipengaruhi oleh karakter yang dimilikinya.  Tanpa karakter yang benar dan karakter yang baik, maka pelayanan akan berjalan tidak baik atau timpang.  Melalui karya tulis ini, penulis akan membahas tentang karakter yang dimiliki oleh seorang hamba atau pelayan Tuhan menurut terang surat I & II Korintus. 
Rasul Paulus
Dalam Kisah Para Rasul dan Surat-Surat Paulus
Sebelum penulis membahas lebih dalam karakter seorang pelayan Tuhan dalam terang I & II Korintus,  terlebih dahulu penulis akan menguraikan tentang profil dari penulis kitab I & II Korintus yaitu Paulus.  Paulus adalah seorang Yahudi, lahir di Tarsus di Tanah Kilikia, dibesarkan di kota ini, dididik dengan teliti dibawah kaki Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3), seorang warga Negara Roma (Kisah Para Rasul 22:28).  Paulus adalah seorang yang sangat keras dan membenci pengikut Kristus sebelum pertobatannya (Kisah Para Rasul 9:1-2).  Namun bila di tinjau dari segi akal sehat, sangat tidak mungkin bila Paulus kemudian menjadi orang yang begitu berapi-api dalam memberitakan Injil tentang Kristus dan juga tegas.  Paulus Paulus tidak segan-segan menegur orang yang lalai dalam pelayanan dan juga tidak segan-segan mengur Petrus karena ketidak konsistenannya.  Bukti dari ketegasan Paulus ini terdapat di dalam Kisah 15: 37-39 “ tetapi Paulus dengan tegas berkata bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja sam-sama dengan mereka, hal ini menimbulkan perselisihan yang tajam,….”  Dalam teks ini, menunjukkan bagaimana Paulus tidak menyukai orang yang main-main dengan pelayannannya.  Paulus menolak Markus untuk ikut dengan dia karena sikap main-main dari Markus.  Juga dalam surat yang ditulisnya dalam  Galatia 2: 11-14 “tetapi waktu Kefas datang ke Anthiokia, aku berterang-terang menentangnya sebab ia salah…..tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas dihadapan mereka semua:….”  Paulus tidak segan-segan menegur Petrus di hadapan Jemaat karena ketidak konsistenan Petrus.  Paulus menjadi orang yang idealis dan juga tidak ada kompromi darinya soal pelayanan. 
Meskipun demikian, Paulus yang sikapnya tegas dan tanpa kompromi, seiring dengan proses yang dilaluinya di dalam pelayanan, ia akhirnya kembali menerima Markus yang sebelumnya ia tolak (2 Timotius 11:4).  Hal ini membuktikan bahwa Karakter Paulus yang tegas dan keras pun bisa berubah seiring proses yang dilaluinya.
Dalam Terang 1 & 2 Korintus
Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.  Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.  Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau akudari golongan Kristus.  Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?

            Salah satu poin yang paling utama dalam karakter seorang pelayan ialah menjadikan Kristus sebagai yang nomor satu.  Dalam teks diatas, rasul Paulus menasehati jemaat Korintus karena perpecahan mereka,             dengan menggunakan frasa “demi nama Tuhan kita Yesus Kristus”  Paulus menasehati jemaat bukan dari atau untuk dirinya sendiri, melainkan karena demi Tuhan Yesus.  Dasar dari nasehatnya bukanlah kedudukan dan gengnsinya, melainkan nama Tuhan Kita Yesus Kristus yang telah memanggilnya menjadi seorang rasul.[3]  Paulus memusatkan pelayanannya kepada Kristus sebagai yang utama.  Jemaat di Korintus mengidentifikasikan diri mereka kedalam kelompok-kelompok.  Ada yang mengatakan diri dari golongan Paulus, mungkin mereka adalah petobat pertama di Korintus yang tetap setia kepada Paulus.  Ada yang mengatakan dari golongan Kefas, yang menekankan hikmat yang lebih tinggi ketimbang iman yang sederhana yang diberitakan oleh Paulus.[4]  Namun Paulus menjelaskan kepada mereka bahwa sumber hikmat yang utama ialah dari Allah di dalam Yesus Kristus.  Paulus telah menjelaskan hal ini sebelumnya di dalam 1 Korintus 1:4-11.
1Korintus 1: 4-11
Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam KristusYesus.  Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.  Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepadakesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus.  Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.

            Di dalam teks ini, rasu Paulus menjelaskan bahwa segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan diberikan kepada mereka dari Allah.  Frasa kamu telah menjadi kaya adalah sebuah cara berkata kata secara tidak langsung di kalangan orang Yahudi bahwa Allah telah memperkaya mereka  tanpa mempergunakan nama Allah, diterima melalui Yesus Kristus, melalui kematian-Nya di kayu salib.[5]  Paulus mengajarkan mereka bahwa segalah yang mereka miliki berasal dari Allah.
            Poin yang Kedua dari sikap seorang pelayan Tuhan ilalah tidak mementingkan kepentingan sendiri, melainkan melakukan semuanya demi kemuliaan Allah, pemberitaan Injil dan demi keselamatan orang lain.  Paulus menjelaskan hal ini dalam teks 1 Korintus 9: 12b, 18 dan 10: 31-33.
Pasal 9:12b“tetapi kami tidak mempergunakan hak itu.  Sebaliknya, kami menanggung segalah sesuatu , supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan injil Kristus.”  Pasal 9: 18 “kalau demikian apakah upahku ?  upahku ialah ini:  bahwa aku bole memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.”
            Agar jangan Injil dicela, Paulus melepaskan haknya, atas bantuan keuangan .  Dia selalu menjadi segalah-galahnya bagi semua orang dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan adat dan keperluan mereka dengan suatu maksud, yaitu memenangkan mereka bagi Allah.[6]  Paulus tidak mementingkn kepentingan atas haknya untuk mendaptkan upah dalam pelayanannya, hanya supaya pemberitaan Injil tidak mendapat rintangan. 
Pasal 10: 31-33
“aku menjawab: jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.  Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun jemaat Allah.  Sama seperti aku juga berusaha menyenagkan hati semua orang dalam segalah hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang bayak, supaya mereka beroleh selamat.”

Kemuliaan Allah adalah tujuan utama dari Paulus.  Setelah itu, baru orang Yahudi, orang Yunani, ataupun jemaat Allah.  Pandangan Paulus diarahkan pada tiga kelompok yang berbeda. Paulus mengakhiri pembahasan ini dengan contoh dirinya sendiri dan Tuhan.  Menyenangkan hati tidak dilakukan untuk mencari nama atau untuk menghindari penindasan, melainkan untuk mengutamakan kepentingan orang banyak, artinya: keselamatan mereka (9:19, 22).  Tuhan adalah tokoh yang “tidak mencari kesenangannya sendiri”.  Pernyataan Paulus secara klimaks mengakhiri pembahasan.  Jika sikap yang benar dalam hal ini adalah kebebasan untuk mengasihi Tuhan, mengasihi kebenaran dan mengasihi sesama saudara.  Legalitas dan keadaan serba diijinkan tidak akan menyelesaikan masalah: kebebasan yang terkendali adalah prinsip yang harus ditaati.[7]  1Korintus 11:1 Paulus dengan berani menawarkan dirinya menjadi contoh bagi jemaat. Atas dasar pertimbangan bahwa ia sendiri mengikuti Kristus.
Sikap yang ketiga yang juga harus dimiliki oleh seorang pelayan Tuhan yaitu berani memberitakan kebenaran Firman Allah (2 Korintus 4:5).  Paulus meneruskan memperlawankan pandangannya mengenai injil dan pengutusannya dengan pandangan para lawannya.  Ia tidak gentar, bukan karena acuh tak acuh terhadap tuduhan-tuduhan yang melawan dirinya.  Melainkan karena kepercayaan yang dengan teguh berakar dalam belas kasihan Allah yang tak pernah berubah.  Pengalaman belas kasihan ini mencirikan Paulus sebagai seorang pelayan (Lih 2 Korintus 2:16-17).  Karena pelayannya berdasarkan pada Allah dan bukannya pada jasanya sendiri, ia mampu menolak setiap kepalsuan dan mewartakan kebenaran dengan keberanian besar.[8]
Para pemfitnah Paulus mempersalahkan bahwa dia bertindak akal-akalan dan tidak dapat dipercaya. (2 Korintus 1:17-18; 12:16).  Ia menambahkan bahwa ia tidak memperlihatkan tanda-tanda yang dapat dikenal sebagai rasul sejati (11: 13; 12:11-16; 1 Kor 9:3-18), tanda-tanda yang menurut mereka sangat penting, seperti surat rekomendasi (2 Kor 3:1-3). Penyangkalan Paulus ialah karena pelayannaya berdasarkan pada pengalaman yang cuma-cuma dan belas kasihan-Nya, ia tidak perlu menyembunyikan apa-apa.[9]  Bahkan dengan terus menerus mengajak para pembacanya untuk meneliti semua tindakan, kata-katanya, dan seluruh hidupnya serta meniru dia (1 Kor 11:1).  Paulus tidak begitu memperhatikan kriteria lahiria dari “kerasulan sejati” yang ditemukan dan diakui orang-orang Korintus.[10]  Ia dengan tegas menolak bahwa ia memalsukan pesan Injil meskipun ia menudu para lawannya justru melakukan hal itu. (2 Kor 2:17), barangkali karena mereka mebuatnya tergantung pada hal-hal lain selain Allah.  Ia telah berkali-kali mengajar bahwa hanya ada satu injil, dan seandainya ia sendiri sendiri mengubhnya, terkutuklah ia (1:8, 2 Kor 11:4).
            Kemudian sikap yang keempa yang dimiliki oleh seorang pelayan Tuhan yaitu berani berkorban untuk jemaat yang dilayani atas dasar kasih.
2 Korintus 12 : 14
“ sekarang sudah untuk ketiga kalinya aku siap untuk mengunjungi kamu , dan aku tidak akan merupakan suatu beban bagi kamu.  Sebab bukan hartamu yang ku cari melainkan kamu sendiri.  Sebab bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta bagi orang tuanya, melainkan orang tualah untuk anak-anaknya.  Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu.  Jadi jika aku sangat mengasihi kamu masakkan aku sendiri kurang dikasihani?
Kenyataanya bahwa Paulus tidak menerima bagi karya kerasulannya mendorong orang Korintus untuk menudu ia menipu.  Paulus telah menjawab tuduhan tersebut, tapi masih tetap ada keraguan.  Semangat bersaing diantara orang Korintus bahkan demikian jauh dengan menuduh bahwa Paulus dengan salah satu cara telah menolak mereka karena tidak mau menerima bantuan mereka.[11]  Mereka secara keliru mencari alasan untuk menjelaskan kasih setia Paulus terhadap mereka.  Mungkin orang-orang Korintus bahkan mulai membayangkan bahwa Paulus memandang mereka lebih renda dari jemaat-jemaat lain. 
Kunjungannya yang kerap dan lama adalah bukti yang meyakinkan dari kasihnya terhadap mereka kalau mereka harus bersandar terhadap tanda-tanda lahiria untuk meyakinkan diri akan kasih Paulus, mereka tidak perlu melihat dari kesediannya menghabiskan kepentingannya bagi mereka.  Kasihnya adalah kasih orang tua yang murah dan perhatiannya kepada anak-anaknya.[12]  Kasihnya tidak kurang kuat karena bukan kasih yang mencari diri.  Karena merupakan satu karunia, kasihnya hendaknya jangan dianggap tidak memerlukan balasan kasih.  Ia tidak pernah menipu atau mengambil keuntungan dari mereka, baik secara pribadi maupu melalui wakilnya.
Kesimpulan dan Aplikasi
            Jaman sekarang merupakan jaman yagn berkembang begitu beragam.  Figur atau sosok dari orang yang memili karkter yang benar, telah jarang untuk ditemukan.  Sehingga seorang hamba Tuhan yang menjadi pemimpin di dalam gereja, hendaknya hadir menjadi contoh yang patut diikuti oleh setiap orang percaya.  Oleh sebab itu, dari keempat karakter yang telah dijelaskan oleh penulis diatas, hendaknya ada di dalam hidup setiap pelayan Tuhan.
            Namun keempat karakter ini tidaklah menjadi patokan yang mutlak, karena mungkin akan ada sedikit perubahan, tergantung konteks jaman sekarang atau konteks tempat dimana seorang pelayan Tuhan itu berada.  Namun bukan suatu hal yang salah bila dicoba diterapkan di dalam kehidupan para pelayan Tuhan. 
            Demikianlah keempat karakter yang telah di jelaskan oleh penulis yaitu:  Pertama menjadikan Kristus sebagai yang nomor satu dalam hidup dan pemberitaan Injilnya.  Kedua tidak mementingkan kepentingan sendiri, melainkan melakukan semuanya demi kemuliaan Allah, pemberitaan Injil dan demi keselamatan orang lain.  Ketiga berani memberitakan kebenaran Firman Allah.  Dan yang Keempat berani berkorban untuk jemaat yang dilayani atas dasar kasih.
            Keempat karakter yang telah dijelaskan oleh penulis diatas belum mewakili semua karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pelayan Tuhan.  Masi ada begitu banyak karakter yang harus dimiliki oleh seorang pelayan Tuhan.  Namun seorang pelayan Tuhan harus memiliki karakter yang benar dan sesuai dengan Firman Tuhan, supaya hidupnya dapat berdampak kepada orang lain yang dilayaninya.  Biarlah karakter yang telah dijelaskan oleh penulis diatas, dapat bermanfaat bagi para pelayan Tuhan.


  

DAFTAR PUSTAKA

Pfeiffer, Charles F.,  Everett F. Harisson.  Tafsiran Alkitab Wycliffe.  Malang: Gandum Mas, 2001.
Bergant, Dianne CSA,  Robert J. Karris, OFM.  Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,  diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia.  Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Fitzner, V. C..  Kesatuan Dalam Kepelbagaian, Tafsiran Atas Surat 1 Korintus.  Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,  2000.

Dani, Irfan.  “Pengertian Karakter”  [article on-line];  http://pustaka.pandani.web.id/2013/13/03/pengertian-karakter.html;  internet;  diakses 16 Maret 2014.
Spittler, Russel P.  Pertama dan Kedua Korintus.  Malang: Gandum Mas, 1997.

























[1]Irfan Dani  Pengertian Karakter”  [article on-line];  http://pustaka.pandani.web.id/2013/13/03/pengertian-karakter.html;  internet; diakses 16 Maret 2014.
[2].  Ibid.
[3].  V. C. Pfitzner,  Kesatuan Dalam Kepelbagaian, Tafsiran Atas Surat 1 Korintus,  (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000), 25.
[4].  Ibid,27.
[5].  Ibid, 21.
                [6].  Russel P. Spittler,  Pertama dan Kedua Korintus.  (Malang: Gandum Mas, 1997), 47.
[7].  Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harisson, Tafsiran Alkitab Wycliffe. (Malang: Gandum Mas, 2001),634
[8].  Dianne bergant, CSA,  Robert J. Karris, OFM,  Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,  diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia,  (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 317.
[9].   Ibid, 318

[10].  Ibid.
[11].  Ibid, 327
[12].  Ibid, 328

Jumat, 14 Maret 2014

Perceraian

Perceraian

OLEH:
Eka
Tossy
Handayani

Masalah

      1 Korintus 7:1, menunjukan bahwa Paulus sedang menjawab pertanyaan dari jemaat Korintus,  khususnya masalah perceraian. Jemaat Korintus bingung tentang kewajiban orang-orang Kristen berkaitan dengan istri atau suami yang belum bertobat.
       Sebab, fakta yang terjadi dalam jemaat Korintus ialah banyak anggota jemaat di Korintus yang diselamatkan sesudah mereka menikah, tetapi pasangan mereka masih belum bertobat.
      Orang-orang inilah yang mengalami kesulitan dalam rumahtangga mereka, sehingga mereka bertanya pada Paulus haruskah mereka tetap mempertahankan pernikahan dengan pasangan yang belum selamat
      Latar Belakang Masalah
      Percabulan
      Dualisme Plato (tubuh adalah jahat)
      Over Realized Eschatology
     Merasa sudah menjadi manusia rohani sehingga bebas dalam menggunakan tubuh.
      Entusiasm
     semangat yang berlebihan karena merasa sebagai jemaat yang mempunyai hubungan khusus dengan Roh Kudus.
      Individualism
     Kelompok sosial-masy gereja yang salin mengabaikan / merasa mampu hidup sendiri.
       
      ANALISA TATA BAHASAA
       
      PENYELIDIKAN EKSEGETIKAL
       
      1. Aphienai
      Berasal dari akar kata dalam bahasa yunani yaitu kata “aphiemi” yang artinya: menyuruh pergi; membiarkan; meninggalkan; mengampuni; menghapuskan; menyerahkan; menceraikan.  Kata ini digunakan dalam Akitab Perjanjian Baru sebanyak 143 kali. 
      Kata ἀφιέναι (aphienai) dari akar kata “aphiemi” bentuknya adalah present infinitif aktif.  Kemudian didahului dengan kata penghubung “mehe” (jangan).  Bentuk kata ini menunjuk kepada pekerjaan yang dilakukan pelaku
      ANALISSA TATA BAHASA
      Jadi dari kalimat ini menunjukkan bahwa ada perinta “jangan” melakukan perbuatan yang sedang dilakukan.  Maka dari ayat ini telah mengindikasikan bahwa Paulus mengatakan hal ini karena jemaat tersebut sedang melakukan perceraian.
      2. Aphietō (ἀφιέτω)
      Kata aphieto berasal dari akar kata bahasa Yunani yaitu kata “aphiemi” yang artinya: menyuruh pergi; membiarkan; meninggalkan; mengampuni; mengampuni; menghapuskan; menyerahkan; menceraikan.  Kata Aphietō (ἀφιέτω) ditulis dalam bentuk Present 3 tunggal imperatif aktif
      Bentuk ini menunjukkan suatu perintah atau permintaan agar melakukan perbuatan sesuatu terus menerus, atau perbuatan berulang-ulang kali.  Jadi dari bentuk ini mengindikasikan bahwa perintah “jangan meningalkan; menceraikan dia berulang-ulang kali. Yang artinya bahwa ia harus terus-menerus mempertahankannya (Pernikahan)  “ayat 12”
       
      MASALA
       
      Jadi dari ayat ini telah memperjelas masalah yang sedang dihadapi oleh jemaat di Korintus
      Masalanya: sedangterjadinya  kawin “campur” antara orang beriman dengan  org tdk beriman
      Sehingga Paulus merespini berita yang disampaikan kepadanya.
      Paulus menasehatkan bahwa jika org yg tidak beriman mau menikah dgn org yg sudah percaya maka org percaya tersebut harus menikahinya.
      Karena.....?
      3. ἡγίασται (hegiastai)
      Dari akar kata bahasa Yunani yaitu dari kata “hagiazo” yang berarti: pengudusan; penahbisan; menghormati sebagai yang kudus.  Kata ini digunakan dalam PB sebanyak 28 kali.  Akar kata hagiazo adalah “hagios” yang artinya kudus.  kasus dari kata ἡγίασται (hegiastai) adalah  perfek Indikatif pasif 3 tunggal dari kata agios.  artinya: dia telah dikuduskan.
      Ayat sedang berbicara mengenai dampak dari nasehat Paulus tersebut
      4. Chorizetai
      Present indikatif pasif 3 tunggal dari kata “chorizo” yang artinya: memisahkan; bercerai; meninggalkan; berbeda.  Jadi Chorizetai berarti berarti: dia sedang memisahkan; meninggalkan.  Kata ini digunakan sebanyak 13 kali dalam PB. 
      Nasehat Paulus agar meninggalkan orang tidak beriman yang mau bercerai dan menerima org yg tidak beriman yang mau “menikah”
      5. Chorizestho
      Dari kata “chorizo” yang artinya: memisahkan; bercerai; meninggalkan; berbeda.  Kasusnya adalah Present imperatif aktif dari orang ke 3 tunggal yang artinya: hendaklah ia/itu bercerai.  Bentuk Present imperatif aktif ini mengindikasikan bahwa suatu perintah atau permintaan agar dilakukan secara terus menerus, atau perbuatan berulang-ulang kali.
       jadi perintah Paulus ini ditunjukkan kepada semua orang Kristen yang ada di Korintus agar mereka “menuruti” kehendak orang tidak beriman, supaya orang beriman tersebut tidak terikan dan ia hidup dalam kedamaian
       
      Eksposisi
      Dan kesimpulan
      Eksposisi
      Setiap org yang beriman jangan sekalikali melakukan perceraian.  Firman Tuhan juga mengatakan apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.  Allah tidak menghendaki adanya perceraian, tetapi hanya menghendaki damai sejahtera diantara umat manusia.
      jika dalam suatu pasangan ada pasangan yang tidak beriman, maka yang beriman harus tetap menjadi contoh sehingga ia akan mempengaruhi pasangan yg tidak beriman tersebut.
      Tetapi jika pasangan yg tdk beriman mau cerai dgn alasan yg jelas maka ia boleh memisahkannya agar ia (org beriman) tdk terikat sehingga ia akan hidup damai sejahtera.
      kesimpulan
      Jagan ada perceraian di dalam kehidupan orag Kristen,  sebab Allah menghendaki supaya setiap org menikah sekali untuk selama-lamanya.
      Allah sangat membenciperceraian, Allah sangat menginginkan kedamaian didlam diri umat-Nya
      Oleh sebab itu “Pililah” pasangan hidupmu yang bisa bertahan samapai ..............