Jumat, 14 Maret 2014

Perjamuan Malam “1 Korintus 11:17-34”


Perjamuan Malam “1 Korintus 11:17-34”
Oleh:
Hendra Sulistyono
Melianty Tawoncu
Masalah
            Jemaat Korintus tidak memahami esensi Perjamuan Malam.  Mereka layaknya orang-orang yang tidak mengenal kasih Kristus.  Mereka menganggap Perjamuan Malam layaknya makan dan minum seperti biasanya mereka lakukan sehari-hari, bahkan yang menjadi permasalahannya adalah mereka makan dan minum dengan cara yang serakah.  Mereka memakan makanannya sendiri, mengambil makanan sebelum waktunya sehingga yang seorang dari mereka lapar dan yang lain mabuk (1 Kor 11:21).  Mereka tidak menghargai Perjamuan Malam.  Mereka menjadikan Perjamuan Malam batu sandungan buat yang lain dan tidak menjadi kesaksian yang hidup akan kasih Kristus.  Ini merupakan wujud dari jemaat yang individulistik.  Tidak ada makna rohani dalam Perjamuan Malam sebagaimana mestinya dimana jemaat sebagai tubuh Kristus seharusnya bersekutu dalam kasih melalui perjamuan malam.  Padahal esensi dari Perjamuan Malam adalah wujud dari kesatuan dalam tubuh Kristus.
Latar Belakang Masalah:
            Adanya perpecahan di dalam jemaat, dimana mereka mengaku sebagai pengikut Apolos, dan pengikut Paulus.  Terlebih adanya kesenjangan sosial berdasarkan strata sosial, kelompok kaya dan kelompok yang miskin.  Orang Yahudi yang tidak mau makan bersama-sama dengan orang non-Yahudi (kaum kafir), karena menganggap makanan orang non-Yahudi adalah makanan yang haram.  Intinya adalah individualistik
            Permintaannya kepada jemaat untuk tetap mekakukan perjamuan malam, pengetahuan akan keselamatan mempercayai dalam hal ini (1 Kor 15:2).  Dia bukanlah lawan diantara kesalehan dan penilaian yang tinggi dari tradisi.  Inti dari yang Paulus sampaikan adalah karya salib Kritus untuk keselamatan manusia (1 Kor 15:3) dan yang dia dapatkan dari Allah (1 Kor 11:23).  Dalam pemahaman yang lain Paulus tidak merekomendasikan kepada sakramen dari obyek apa yang telah ia sampaikan.  Saat itu tradisi Paulus memiliki proses untuk menetapkan persetujuan lisan.  Di dalam 1 Kor 15:3 kita memiliki  sebuah formula teologi kristen yang benar, seperti juga dalam 1 Kor 11:23.  Perayaan dan apresiasi datang dari Tuhan, dan bukan paulus yang mendapat formula di dalam panduan visi dari tuhan.[1]

Studi Kata
1 Kor 11:18
scivsmata, (schismata)dari kata scisma accusative neuter plural[2], berarti pembelahan, sobekan (kain), perpecahan, aliran lawan.[3]  *Kata ini secara harafiah berarti perpecahan pada obyek, yaitu jemaat Korintus.  Atau dengan kata lain perpecahan yang sedang terjadi di jemaat Korintus.  Gerhard Schneider menjelaskan arti dari kata schisma adalah perpecahan yang terjadi di jemaat korintus, mereka mengakui adanya perbedaan sumber iman dari wibawa mengenai kurangan persatuan mengenai ekaristi, dan perpecahan diantara pemimpi yang berkarisma.[4]
prw/ton   me.n    ga.r    sunercome,nwn  u`mw/n   evn       evkklhsi,a|  avkou,w   sci,smata
Verb           particle     kp             PM MGJ                 kg           kd                   NAT        IPM MT     NAJ     prw/toj                   sune,rcomai        su                  evkklhsi,a    avkou,w      scisma
pertama   tentunya   karena       mereka sedang  dari kamu  di dalam       jemaat       aku telah   perpecahan2
                                                         berkumpul                                                                     mendengar

   evn     u`mi/n    u`pa,rcein  kai. me,roj    ti      pisteu,wÅ
     kd             kg               Inf PA     kp    NAT         kt.t            PIA 1T
          su          u`pa,rcw          me,roj        pisteuw
di dalam  pada kamu       ada           dan   bagian  bagaimana  aku sedang percaya

            *Karena pertama tentunya mereka sedang berkumpul di dalam kamu (sebagai) jemaat, aku telah mendengar dan aku percaya bagaimana ada perpecahan di bagian dalam kamu.
1 Kor 11:19
     aireseij (aireseis) dari kata  ai[resij  accusative feminine plural[5], berarti pilihan, golongan, sekte, perpecahan, aliran.[6]  Sedangkan Bauer menerjemahkan kata ini dengan pertikaian, pilihan.[7]  *Kata ini secara harafiah berarti pertikaian atau perselisihan terhadap obyek, yaitu jemaat Korintus.  Kittle menjelaskan bahwa sebenarnya tidak mungkin jemaat terpecah oleh karena perselisihan.  Perselisihan harus ada untuk menguji mereka berdasarkan kemampuan mereka.  Ketaatan kepada hukum Allah akan menguatkan dan meneguhkan mereka..[8]
dei/ ga.r   kai. ai`re,seij   evn      u`mi/n       ei=nai( i[na Îkai.Ð oi`   do,kimoi  faneroi.
PIA 3T    kd          kp     FAJ               kp           kgO2J          InfPA     kp      kp     MNJ      MNJ               MNJ
dei              ai`re,sij          su       eivmi,              o       do,kimoj   fanero,j
harus   karena    dan  perpecahan  di dalam  pada kamu      aku     yang   dan    itu   sedang diakui sedang                                                                                                                                                                                   menaruh

ge,nwntai      evn      u`mi/nÅ
Ao Sub3J             kp               kg
gi,nomai                  su
mereka dulu     di dalam   pada kamu
pernah datang
(mungkin hal ini terjadi, bisa jadi belum terjadi)

            *Dan karena harus (ada) perpecahan di dalam kamu dan aku (itu) yang sedang diakui sedang menaruh mereka yang dulu pernah di dalam kamu.
            Perpecahan di jemaat Korintus masih sekedar indikasi, seperti kertas yang kusut dan terdapat bagian-bagian yang sudah rusak.  Dimana perpecahan itu berupa ketidak adilan karena induvidualistik mereka.  Mereka mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau melihat orang lain.  Perpecahan itu harus ada untuk menguji kemurnian mereka (ay 28), sehingga akan nyata kasih mereka akan sesamanya.

1 Kor 11:21
     dei/pnon (deipnon) dari kata dei/pnon memiliki kasus neuter accusative tunggal.[9]  Banquet, a feast yang berarti perjamuan, makan besar.[10]  Rogers memberi arti dinner (makan malam), the main meal (makanan pokok).  For the meal of the Greeks and Romans (makanan pokok orang-orang Yunani dan Romawi).[11]  Kebiasaan yang mengikuti perayaan yang mengambil tempat di malam hari.[12]  *Kata ini secara harafiah berarti perjamuan makan malam yang biasa dilakukan oleh orang-orang Yunani dan Romawi.

e[kastoj ga.r to. i;dion   dei/pnon      prolamba,nei      evn     tw/|   fagei/n( kai.   o]j   me.n.
  MNT       kp           NAT          NAT                        PIA 3T                     kp          NDT    AoInfA     kp     MNT particle
e[kastoj  i;dioj    dei/pnon      pro-lamba,nw            o`      evsqi,w        o[j
setiap   karena     pribadi  makan malam   mengambil sebelum      di dalam    itu   memakan   dan    itu    tetapi
                                                            waktunya
peina/|      o]j    de       mequ,eiÅ
PIA 3T        MNT  particle              PIA 3T
peina,w    o]j       de            mequ,w
dia sedang   itu       pada satu      dia sedang
   lapar                    pihak...pada      mabuk
                                pihak lain

            *Karena setiap pribadi mengambil makanan sebelum waktunya (sebelum orang lain) makan malam itu dan  pada satu pihak dia sedang lapar pada pihak lain dia sedang mabuk.

peina  present indikatif aktif orang ketiga tunggal.[13]  Dari kata peinaw berarti lapar.[14] kai os men peina kai os mequei.  *Kata ini secara harafiah berarti sehingga (ada yang/sebagian) pada satu pihak dia sedang lapar dan (yang sebagian) pada pihak lain mabuk
mequei present idikatif Aktif orang ketiga tunggal mequw (mabuk)[15] dia sedang mabuk.  Ada yang sebagian dia (sekelompok) orang yang sedang kelaparan dan sebagian lain dia (setiap orang) orang yang sedang mabuk.[16]  *Kata ini secara harafiah berarti orang yang sedang kelaparan.  Dan ada yang lapar sementara yg lain sedang kembung dengan dengan berlebihan karena minum anggur. Masalahnya disini prolambanei. present indikatif aktif orang ketiga tunggal.[17]  pro-lambanw, pro (sebelum waktu atau tempat) lamban berarti mengambil.[18] Berarti mengambil sebelum waktunya.  Untuk mengambil sebelum yang lain.[19]  Mengambil tindakan atau berbuat sesuatu sebelum waktunya; mengambil (makanan) sebelum (orang lain).[20]  *Kata ini secara harafiah berarti ada sekelompok orang yang mengambil makanan sebelum waktunya atau tidak memberi kesempatan orang lain (miskin) untuk makan terlebih dahulu.
Ekastos gar to idion (masc. Ak. Sing“Idios”) deipnon (deipnew, makanan)[21] prolambanei en to.  
*Karena tiap-tiap orang mengambil makanan miliknya sendiri sebelum waktunya/ sebelum orang lain mengambilnya.
            Berbicara tentang individu yang mengutamakan makanan mereka sendiri (to idion deirnon prolambanei) pada perjamuan Tuhan.  Tindakan mereka tanpa persaudaraan dan tidak layak. Untuk tindakan mereka dengan mengutamakan milik mereka pada apa yang seharusnya dilakukan bersama.[22]
            *Karena tiap-tiap orang mengambil makanan miliknya sendiri sebelum waktunya/ sebelum orang lain mengambilnya. Sehingga ada sebagian orang yang sedang lapar dan ada sebagian orang yang sedang mabuk. 
            Kembali kepada permasalahan yang sedang di hadapi adalah yaitu hadirnya dua golongan yang miskin dan kaya.  Dimana mereka hidup dalam individualis dan independen.  Tidak adanya kepedulian satu dengan yang lain mereka  saling mengabaikan. Golongan orang kaya menolak orang miskin dalam perjamuan malam.  Yang memiliki makanan yaitu golongan orang kaya mengambil makanannya sendiri dan tidak mempersilahkan tidak memberi kesempatan kepada orang lain yaitu golongan miskin mengambilnya.  Sebagai akibatnya terjadi kesenjangan dalam Perjamuan itu sekelompok orang miskin sedang kelaparan dan sekelompok orang kaya sedang mabuk. Ketika mereka berkumpul untuk menyembah, sesudahnya,  tanpa ampun mereka tidak memberi perhatian terhadap mereka yang lapar diantara mereka.[23]

Definisi perjamuan malam:
Perjamuan Tuhan dimulai oleh Yesus pada perjamuan akhir yang memang merupakan jamuan makan yang sesungguhnya.  Hal ini merupakan kebiasaan yang sudah ada pada gereja mula-mula.  Kisah Para Rasul menyebutnya sebagai “memecahkan roti” (KPR 2:42,46; 20:7).  Itu adalah saat untuk bersosialisasi,  berbagi makanan dan makan bersama.  Ini juga disebut sebagai perjamuan kasih untuk merayakan agape.  Perjamuan kasih biasanya dihadiri oleh orang yang tidak layak untuk makan bersama. Dimaksudkan untuk menolong orang miskin (2 Kor. 8:13-15) dan mengungkapkan kesatuan diantara mereka.[24]

Hubungan Perjamuan Malam dengan Perjamuan suci
            Rasul Paulus memberikan sebuah penjelasan mengenai perjamuan Tuhan yang telah mereka selewengkan. Tradisi pemecahan roti dan meminum anggur sebelum Tuhan Yesus diserahkan berlanjut kepada gereja mula-mula di Yerusalem hingga jemaat di Korintus. sebelumnya ketika Paulus merintis jemaat Korintus, ia juga meneruskan tradisi liturgi yang didapatnya melalui gereja di Yerusalem.
            Kebiasaan yang ada dalam perjamuan malam yaitu sikap mementingkan diri sendiri, perpecahan mereka bawah ke dalam perjamuan suci. Mereka tidak menyadari bahwa perjamuan adalah acara makanan yang khusus dimana kematian Yesus dikenang dengan semua implikasi kehidupan yang dimiliki sebagai Kristen yaitu kesadaran bahwa mereka adalah satu tubuh dalam  tubuh Kristus.
Howard Marshall mengatakan Saling mengabaikan dan tidak mengingat satu dengan yang lain adalah kegagalan. 
            Gagal untuk melakukannya adalah untuk gagal untuk mengenali tubuh Kristus. sebuah Pharase yang mungkin menyinggung kedua roti mewakili tubuh Kristus disalibkan dari dan ke gereja yang juga disebut sebagai tubuh Kristus. 10:16-17.   ini mungkin tampaknya menjadi symbolis teologis belaka tetapi Paulus mengambil sangat serius. ia percaya bahwa penghakiman ilahi bisa jatuh pada orang-orang yang gagal untuk melihat signifikansi ini di makan.
Nasehat
1.      Paulus menasihatkan untuk mengutamakan dan memperhatikan satu dengan yang lain.  Jika jemaat berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain. (11:33).
2.      Daripada makan makanan yang dibawah sendiri dan tidak memberikannya kepada orang lain dengan alasan lapar, lebih baik makan lebih dahulu dirumah. (11:33).
3.      Seseorang harus menguji dirinya sendiri baru dapat melakukan perjamuan suci (11:29).
Eksposisi
1.      Memilih menjadi orang percaya dan berjemaat berarti memilih untuk menjadi bagian dari anggota tubuh Kristus yang tidak dapat dipisahkan.  Itu diikuti dengan kesadaran bahwa mengabaikan satu dengan yang lain berarti pula mengabaikan tubuh kita sendiri.  Menyakiti dan membiarkan kelaparan bagian anggota tubuh yang lain sama halnya dengan menyakiti diri kita sendiri.
2.      Sikap mementingkan diri sendiri bukanlah cerminan dari Kasih sebaliknya Memperhatikan orang yang kurang mampu di dalam berjemaat harus ditunjukkan di dalam persekutuan.
3.      Tidak memandang rendah perjamuan suci dan sangat penting mengetahui makna sebenarnya dari Perjamuan suci.  Perjamuan Suci adalah hal yang sakral untuk dilakukan karena didalamnya memperingati pengorbanan Kristus untuk kita.




                [1] Gerhad Kittle, The Dictionary of The New Volume II Testament (Michigan: Berdmans Publishing Company, 1968), 173.

                [2] Moulton, 394.

                [3] Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 167.

                [4] Horst Balz dan Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary of New Testament (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1994), 319.

                [5] Moulton, 9.

                [6] Newman, 4.

                [7] Walter Bauer’s, A Greek-English Lixicon of The New Testament (Chicago: The University of Chicago Press, 1958), 24.

                [8] Kittle Vol II, 182-183.
                [9] Moulton, 86.

                [10] Newman, 122.

                [11] Rogers, 374.

                [12] Frederic Louis Godet, Commentary on First Corinthians (Michigan: Kregel Publications,1977), 570.

                [13] Wesley J. Perschbacher, The New Analytical Greek Lexicon (Massachusetts: Hendrickson Publishers, 2001), 317.

[14] Moulton, 314.

[15] Ibid, 261.

                [16] Godet, 572.

                [17] Wesley J. Perschbacher, The New Analytical Greek Lexicon (Massachusetts: Hendrickson Publishers, 2001), 348.

[18] Bahasa Yunani Koine, The Elements Of New Testament Greek (Malang: SAAT,)

[19] Moulton, 345.

[20] Newman,141.

[21] Moulton, 86.

[22] New International Dictionary of New Testament Theology, s.v. “peivaw”oleh B.Siede. 

                [23] New International Dictionary of New Testament Theology, s.v. “mequw”oleh W. Bauder. 
               
                [24] Soerono, surat-surat Korintus “PPJJ” (Malang: Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, 2008), 118-119.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar