Makanan yang
dipersembahkan kepada berhala (1 Kor.8:1-11:1)
Oleh :
Feri andrianto
KristyasWidyaningrum
Vesdi sanda
Masalah:
1.
Jemaat Korintus dibingungkan oleh apakah
orang Kristen boleh makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala atau
tidak?
·
Bolehkah orang yang sudah percaya duduk hadir dalam ritual penyembahan berhala
untuk makan bersama disana?
·
Bolehkah orang yang sudah percaya makan
daging yang dijual di pasar?
·
Bolehkah orang yang sudah percaya hadir
dalam undangan makan ke rumah seorang penyembah berhala?
Latar
Belakang:
•
Korintus adalah salah satu kota yang
paling kaya dan paling berpengaruh karena menjadi jalur perdagangan utama
kekaisaran Romawi. Korintus juga
terletak pada persimpangan jalan kebudayaan pada masa itu karena orang Mesir,
orang Siria, orang Asia dan orang Yahudi menetap disana dengan membawa berbagai
pengaruh budaya. Namun sangat
disayangkan karena kota ini memiliki reputasi nilai moral paling rendah yang
disebabkan oleh ritual-ritual keagamaan.
•
Di Korintus pernah mempunyai seribu imam
wanita yang merangkap sebagai pelacur bhakti di daerah perbatasan sebagai
pemujaan yang dilakukan di kuil Afrodite, dewi cinta. Di kuil-kuil pemujaan tersebut terdapat
ruang-ruang makan yang ada di samping bangunan kuil sebagai tempat makan daging
yang dipersembahkan kepada berhala dan ruangan tersebut biasa digunakan sebagai
tempat pertemuan sosial dan budaya orang Korintus.
(J.I. Packer, Ensiklopedi Fakta Alkitab 2(Malang:Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 2001), 1466.
•
Menurut fakta arkeologi di Asklepion,
kota Korintus, ruang makan tersebut memiliki tembok empat sisi dan terdapat
meja serta tempat pembakaran(anglo) di tengahnya sebagai tempat penyimpanan
daging yang sudah dipersembahkan kepada dewa-dewa mereka untuk dihidangkan.
(WitheringtonIII,Ben. Conflict & Community in Corinth. Grand rapids, Michigan: Williams B. Eerdmans
Publishing Company,1994,188.)
Ritual persembahan korban
menurut tradisi orang Yunani:
•
Korban adalah makanan yang
dipersembahkan untuk dewa karena menurut kepercayaan mereka, para dewa juga
memiliki nafsu seperti manusia sehingga dewa tersebut makan sedikit dari
persembahan mereka.
•
Tradisi persembahan korban ini dipercaya
dapat menyucikan orang yang memakannya sehingga dewa-dewa yang mereka puja
berpihak kepadanya.
J.I. Packer, Ensiklopedi Fakta Alkitab 1(Malang:Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 2001), 197.
•
Daging persembahan berhala
ialah sisa-sisa dari hewan yang dikorbankan kepada dewa-dewa kafir. Hewan itu
dipersembahkan sebagai korban pribadi maupun kurban umum, bagian-bagian
tertentu dari daging yang tersisa adalah untuk pihak yang memberikan kurban
itu.
•
Rasul
paulus menjawab pertanyaan jemaat Korintus mengenai daging persembahan(1
Kor.8:1a), kata daging yang digunakan disini adalah
•
εἰδωλοθύτων, berasal dari kata εἰδωλοθύτos,
neuter-Genetif-jamak, yang berarti “daging yang dipersembahkan kepada
berhala.” Mengacu pada daging kurban yang dibakar di altar, sebagian
dimakan pada makanan yang serius di kuil(dipersembahkan kepada dewa), dan sebagian dijual
di pasar untuk digunakan di rumah. Dari sudut pandang Yahudi itu haram dan
karenanya dilarang.
William
F. Arndty And F. Wilbur Gingrich Greek English Leksikon Of The New Testament
And Other Early Christian Literature, (Chicago : The University Of Chicago
Press , 1979) Hal 221, kata εἰδωλοθύτos.)
•
Kurban Pribadi
Korban yang dipersembahkan kepada dewa yang dipuja
sebagai pendamaian atas dirinya sendiri dengan mengharapkan keuntungan pribadi.
•
Kurban Umum
Korban yang diberikan atas nama kelompok dalam
jumlah yang besar bagi kepentingan sekelompok orang.
(Wycliffe,624)
•
Jika hewan itu dikurbankan sebagai
persembahan pribadi, maka daging sisanya bisa dimanfaatkan untuk hidangan pesta
dengan mengundang para kerabat pihak yang mempersembahkan korban.
•
Jika hewan itu dikorbankan sebagai persembahan
umum, maka daging yang tersisa, sesudah bagian-bagian yang diinginkan diambil
oleh para pejabat, bisa dijual ke pasar untuk dijual kembali kepada penduduk
kota itu.
•
Seringkali orang-orang Kristen juga turut diundang untuk
menghadiri pertemuan tersebut dan makan bersama sekalipun mereka tidak terlibat
dalam ritual penyembahan berhala secara langsung bersama dengan mereka.(1 Kor.10:27)
Misuse and Neglect of Archeological Evidence in Some
Modern Works on1 Corinthians,” Zeitschrift fur die Neutestamentliche
Wissenschaft un die Kunde derAlteren Kirche 83 (1992) 66.
•
Di Korintus tidak ada daging yang masih
“bersih” dari penyembahan berhala untuk dikonsumsi di rumah-rumah layaknya
sekarang ini. Karena daging dijual
biasanya untuk ritual keagamaan. Kalaupun ada, itu adalah sisa dari daging
yang di persembahkan kepada berhala dan dijual di Agora.
•
Satu-satunya alternatif adalah tetap
membeli daging tersebut dengan alasan memang tidak ada pilihan lain kecuali
harus pergi ke Roma.
(Drane, John.
Memahami Perjanjian Baru. Jakarta:BPK.Gunung
Mulia,1986.356)
•
I Kor.8:4 a:
menggunakan frasa oidamen
hoti (Perfect indicative active 1J)yang seringdigunakan untuk memperkenalkan suatu fakta
yang telah diketahui bersama
sebelumnya
hingga sekarang masih tetap diketahui.
•
Ayat 4b ini mengutip Shema,tradisi
Yahudi(Ul.6:4)
•
Menurut pemahaman mereka hanya ada satu
Allah sekalipun mereka mengorbankan persembahan kepada dewa yang mereka juga
menyebutnya sebagai allah yang sebenarnya bukan Allah. Jadi persembahan tersebut adala sia-sia.
(Witherington III,200)
•
Fakta
tersebut adalah alasan teologis atau “pengetahuan”untuk mendukung argumentasi
bahwa mereka boleh makan di dalamkuil penyembah berhala.
•
Siapa
yang dapat memberi alasan itu?
•
Sangatmungkin jika mereka adalah orang-orang
percaya yang sudah dewasadalam iman dengan latar belakang seorang Yahudi.
Latar Belakang Masalah:
•
I Kor.8:7 Paulus berkata bahwa tidak setiap orang
memiliki“pengetahuan” seperti itu. Ada sebagian orang yang masih bergumuldengan
latar belakang mereka sebelumnya sebagai penyembah berhala(pagan).
•
Beragamnya jemaat yang memiliki masing-masing
latar belakang mempengaruhi cara pandang mereka terhadap daging tersebut.
•
Jadi
perbedaan kedua kelompok ini adalah antara mereka yang memilikipengetahuan
matang”golongan lemah” dan mereka yang masih belum memilikinya”golongan lemah”.
•
Justru
hal inilah yang menjadi sumber permasalahan di dalam jemaat.
•
Untuk
memahami apa yang dimaksudkan Rasul paulus tentang pengetahuan yang sudah
dimiliki jemaat korintus maupun paulus dan kasih yang membangun, kita perlu
mengupas kembali makna yang sesungguhnya dari kata “pengetahuan” dan “kasih” dalam teks 1 Kor.8:1
“Tentang daging persembahan berhala kita
tahu: "kita semua mempunyai pengetahuan."
Pengetahuan yang demikian membuat
orang menjadi sombong, tetapi kasih
membangun”
Garis
Besar Latar Belakang Masalah:
1.
Overealized
Eschatology terhadap keberadaan mereka pada masa present.
2.
Independent/Individualism:
kelompok social masyarakat gereja yang saling mengabaikan karena pengetahuan
yang mereka miliki dan tidak memperhatikan tindakannya yang dapat menjadi batu
sandungan bagi sesamanya.
Eksegese Teks:
·
Kata “pengetahuan”:
•
γνῶσιν,
berasal dari kata γνῶσις, bentuk feminism akuisatif tunggal, yang berarti “pengetahuan.”
Menandakan kecerdasan umum atau pemahaman. pengetahuan umum agama Kristen,
pengetahuan yang lebih sempurna dan lebih dalam dari agama ini, hukum penuh dan
hal-hal haram bagi Kristen. Pengetahuan yang lebih tinggi dari hal-hal ilahi
Kristen dimana guru palsu bermegah.
(William F. Arndty And F. Wilbur Gingrich Greek English Leksikon Of The New Testament And Other Early Christian Literature, (Chicago : The University Of Chicago Press , 1979) Hal 119, kata γνῶσις.)
(William F. Arndty And F. Wilbur Gingrich Greek English Leksikon Of The New Testament And Other Early Christian Literature, (Chicago : The University Of Chicago Press , 1979) Hal 119, kata γνῶσις.)
•
Dalam pembahasannya tentang penggunaan
makanan yang ditawarkan kepada berhala Paul menuliskan: "kita tahu bahwa
kita semua memiliki pengetahuan (gnosis). Salah satu yang mungkin adalah makan
makanan yang dipersembahkan kepada berhala yang menurut pemahaman mereka tidak
menjadi masalah untuk di konsumsi. Orang yang memiliki gnosis adalah orang
yang mengetahui keberadaan Allah yang sejati dan keberadaan-Nya dari semula
yang Ilahi. (Brown,NDNT, hal 401-402, kata γνῶσις)
•
Kata “Kasih”:
•
ἀγάπη
Noun-Nominative Feminin Singular. Kasih dalam konteks ini menjelaskan mengenai
kata benda yang berfungsi
sebagai subjek/pelaku dari suatu tindakan yang dilakukan secara terus menerus
untuk membangun orang.
•
Arti:
Sumber motivasi untuk menerapkan kasih sesuai dengan yang Tuhan
kehendaki yaitu terus membangun orang.
•
Jadi, dalam hal ini kasih mengacu pada kasih
Ilahi yang menjadi sumber untuk bertindak/membangun orang secara terus menerus.
Nasehat/perintah
Rasul Paulus:
1 Korintu 10:23
Πάντα ἔξεστιν, ἀλλ’
οὐ πάντα συμφέρει. πάντα ἔξεστιν, ἀλλ’ οὐ πάντα οἰκοδομεῖ.
“semua adalah sah
tapi tidak semua menguntungkan, semua adalah sah tapi tidak semua membangun”
Συμφέρει: bisa di samakan dengan
pernyataan οἰκοδομεῖ, yaitu membangun
jemaat. (TDNT vol IX hal 76.)
1 Korintus 10: 24
μηδεὶς
τὸ ἑαυτοῦ ζητείτω ἀλλὰ τὸ τοῦ ἑτέρου.
“Hendaklah tak seorangpun mencari yang terbaik bagi dirinya, tapi bahwa
bagi orang lain”
Ζητείτω: hendaklah dia mencari merupakan suatu perintah
Jadi rasul Paulus memerita kepada
jemaat di korintus untuk mencari yang terbaik bukan untuk dirinya tapi untuk sesamanya
(orang lain).
Pertanyaan:
Bolehkah orang yang sudah percaya duduk hadir dalam
ritual penyembahan berhala untuk makan bersama disana?
Jawaban:
(I Kor.10:6,7,14,20,21)
·
1 Korintus 10: 18
·
βλέπετε
τὸν Ἰσραὴλ κατὰ σάρκα· οὐχ οἱ ἐσθίοντες τὰς θυσίας κοινωνοὶ τοῦ θυσιαστηρίου εἰσίν;
·
Terjemahan :
Mempertimbangkan Israel menurut daging,
tidakkah itu makan korban tersebut sesama mengambil bahagian dari altar
tersebut ?
·
Menurut Pauls θυσία akrab dengan kedua kultus korban di PL dan Yahudi di satu
sisi, dan bahwa hal itu penyembahan berhala di sisi yang lain. Dia menyadari
bahwa persekutuan dengan dewa adalah tujuan dari makanan kurban. (TDNT vol 3,
184 kata Tusia.)
·
Paulus menegaskan
kepada jemaat di Korintus bahwa orang yang turut dalam perjamuan di kuil telah
ikut dalam persekutuan dengan dewa tersebut, dalam hal ini dengan setan-setan.
Dan hal itu tidak boleh dilakukan.
·
Dalam I Kor 10 kita bisa melihat bahwa
peringatan Paulus bukan hanya untuk orang yang lemah hati nuraninya namun juga
Paulus memperingatkan kepada orang-orang yang memiliki “ Pengetahuan” untuk mereka tidak terlalu percaya diri atau sombong. 1 Kor 10:12 “ Sebab, bila engkau menyangka
engkau teguh berdiri, hati-hatilah supaya jangan engkau jatuh”.
·
1 Korintus 10: 20
·
ἀλλ’ ὅτι
ἃ θύουσιν, δαιμονίοις καὶ οὐ Θεῷ θύουσιν· οὐ θέλω δὲ ὑμᾶς κοινωνοὺς τῶν
δαιμονίων γίνεσθαι.
·
“Tetapi bahwa
pengorbanan itu untuk setan setan dan mereka tidak sedang mengorbankan kepada
Allah, dan saya tidak sedang berharap kamu apalagi untuk menjadi sesama dengan setan-setan”
·
Paulus menjelaskan
bahwa pengorbanan kepada berhala itu bukan pengorbanan kepada Allah tetapi
kepada setan-setan, sehingga Paulus mengajarkan
mereka untuk tidak menjadi sesama atau menjadi sekutu dengan setan-setan.
·
Paulus menasehati jemaat Korintus baik
yang “berpengetahuan” maupun yang
“kurang pengetahuannya” untuk : Jauhilah
penyembahan berhala (10:14). Paulus mau untuk mereka belajar dari pengalaman
bangsa Israel di padang gurun.Di dalam I
Kor 10:18-21 mengatakan bahwa bangsa Israel saat makan apa yang dipersembahkan
berhala maka secara otomatis akan mendapat bagian di dalam mezbah tersebut. (J.KnoxChamblin,
“Paulus Dan Diri”,149-150.)
·
Paulus
mengatakan bahwa Orang Israel telah menerima pemeliharaan Allah secara
berlimpah (10:1-4); namun demikian sebagian besar dari mereka dijatuhi hukuman
Allah karena dosa mereka yang berawal dari penyembahan berhala ( 10:5-10). Paulus mengingatkan kepada jemaat di
Korintus bahwa mereka memang telah menerima anugerah dari Allah dalam kepenuhan
manifestasi eskatologis( 10:11) namun itu belum sempurna, dan bukan berarti
mereka tidak dapat jatuh dalam dalam dosa , oleh karena itu Paulus mengingatkan
untuk mereka berhati-hati untuk tidak salah menempatkan percaya diri mereka
karena kalau terlalu sombong dengan iman mereka maka ,mereka bisa jatuh. Maka dari itu Paulus dengan tegas mengatakan jangan duduk di kuil dan ikut makan di
sana, bukan karena makanannya dan memang berhala itu bukanlah apa-apa namun
ketika mereka duduk dan makan bersama di sana maka kuasa gelap bisa
memanfaatkan berhala-berhala itu untuk menjauhkan diri mereka kepada Allah
serta secara tidak sadar kita ikut dalam penyembahan berhala. Hal ini berhubungan dengan overrealized
Eschatologi.
- Karena setelah
mereka bertobat, hati nurani memberi tahu mereka bahwa penyembahan berhala
adalah dosa berat, tetapi setelah melihat saudara-saudara seiman yang
mereka segani, begitu berani berbagi dalam persembahan berhala, mereka
bisa saja tidak mampu untuk membedakan kekafiran dan kekristenan, dan
bahayanya mereka akan terdorong untuk melakukan penyembahan berhala yang
akan membuat mereka binasa. J.KnoxChamblin, “Paulus Dan
Diri”,149-150.
Pertanyaan:
Bolehkah orang yang sudah percaya makan daging yang
dijual di pasar?
Jawaban:
(I Kor.10: 25,26)
Kamu
boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan
pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. Karena: "bumi serta segala isinya adalah
milik Tuhan."
·
1
Korintus 10:25
·
Πᾶν τὸ ἐν μακέλλῳ πωλούμενον ἐσθίετε μηδὲν
ἀνακρίνοντες διὰ τὴν συνείδησιν
·
“semuanya (yang) dijual di pasar daging untuk dimakan tidak
ada bertanya karena hati nurani.”
·
Rasul paulus
mengajarkan bahwa apa yang dijual
dipasar adalah boleh untuk dimakan dan jemaat saat hendak membelinya,
tidak perlu mereka bertanya tentang asal dari makanan tersebut, apakah dari
kuil atau tidak.
·
Dalam konteks ini Paulus menasehatkan
untuk tidak memandang makanan sebagai sumber permasalahan diantara mereka. Karena makanan tidak membawa mereka lebih
dekat dengan Allah, mereka tidak rugi apa-apa
kalau tidak memakan daging tersebut dan tidak akan berkelimpahan saat
memakan daging tersebut. Sehingga segala
makanan yang ada boleh dimakan asalkan tidak menjadi syak bagi orang lain yang
pengetahuannya masih lemah.
·
Jika mereka makan dengan memeriksa hati
nurani terlebih dahulu dengan mempertanyakan status daging
tersebut(haram/halal) karena daging tersebut berasal dari kuil yaitu sisa
berhala, maka secara tidak sadar mereka mengakui keberadaan dewa-dewa tersebut
dan kuasa yang ada di dalam sisa korban persembahan mereka. Sikap hati itulah yang menentukan orang
tersebut boleh makan daging tersebut atau tidak.
Pertanyaan:
Bolehkah orang yang sudah percaya hadir dalam
undangan makan ke rumah seorang penyembah berhala?
Jawaban:
·
1 Korintus 10:27
·
εἴ τις καλεῖ ὑμᾶς τῶν ἀπίστων καὶ θέλετε
πορεύεσθαι, πᾶν τὸ παρατιθέμενον ὑμῖν ἐσθίετε μηδὲν ἀνακρίνοντες διὰ τὴν
συνείδησιν
·
“Jika siapapun dari orang tidak percaya sedang mengundang kamu sekalian dan
kau sekalian sedang ingin untuk pergi, semuanya yang di taruh di depan kamu
sekalian untuk dimakan , tidak ada ( jangan) bertanya karena hati nurani”
·
Rasul paulus juga
mengajarkan bahwa jika mereka (jemaat) diundang oleh orang yang tidak percaya
ke rumah mereka, dan mereka hendak mau pergi, maka apapun yang di hidangkan
kepada mereka mereka boleh memakannya. Paulus mengatakan supaya mereka jangan bertanya
kepada yang menghidangkan apakah makanan itu makanan yang telah dipersembahkan
kepada berhala atau tidak.
·
Pada
I Korintus 10:27, Paulus mengatakan bahwa kamu diundang makan oleh orang yang
tidak percaya maka terimalah tanpa mengadakan pemeriksaan hati nurani yaitu
menyelidiki apakah itu makanan sisa dari penyembahan berhala atau tidak. Karena makanan tidak membuat kita jauh dari
Allah dan juga makanan tidak membuat kita dekat dengan Allah serta bukan hanya
itu, kita tahu bahwa Allah itu satu dan berhala bukanlah Allah, iblis juga
tidak bisa makan makanan yang sifatnya materi serta segala sesuatu itu
diciptakan Allah dan dikuduskan melalui iman kita kepada Kristus. Tentunya semua harus diimbangi dengan prinsip
kasih agar tidak menajdi batu sandungan bagi sesama.
3 pertimbangan dalam konteks berjemaat secara garis
besar yaitu:
•
1. Pertimbangan motivasi: Kasih sebagai
prinsip tertinggi(8:1-3)
•
2. Pertimbangan Teologis: Hanya ada satu
Allah saja.(8:4,6,8). Mengenai sikap kita terhadap netralitas makanan, Paulus
menganjurkan (jika kita tidak makan, kita tidak kekurangan. Jika kita makan,
kita juga tidak berkelimpahan).
•
3.Pertimbangan Praktis: jangan
menyebabkan orang lain tersandung serta jangan sombong oleh karena pengetahuan
yang dimiliki.(8:7-13)
Veritas, SAAT; 129.
•
Paulus menyatakan kepada jemaat di
Korintus untuk jangan hanya melihat kepada Idealisme iman saja namun juga
kepada relasi sosial. Pada pasal 10:32 menuliskan bahwa jangan sampai
menimbulkan syak bukan hanya pada orang yang sesama Kristen, namun juga kepada
orang Yahudi dan orang Yunani. Juga jangan mementingkan diri
sendiri/individualisme namun juga mementingkan orang lain (10:24).
•
Paulus meminta mereka untuk mengikuti
teladannya yaitu tidak menggunakan haknya meskipun dia pantas untuk
menerimanya, namun jika dengan mengambil hak nya itu malah akan menjadi
rintangan bagi pemberitaan Injil( 9:12b) kepada orang , maka Paulus memilih
untuk tidak menggunakan haknya.
•
Paulus mengabarkan kemerdekaan Kristen,
ia juga menyuarakan peringatan atas kemerdekaan tersebut “ segala sesuatu
diperbolehkan, namun tidak setiap hal berguna’ segala sesuatu diperbolehkan
namun tidak segala sesuatu membangun”.( 10:23)
Eksposisi:
•
Situasi yang dialami oleh jemaat
Korintus kiranya juga bisa menjadi cerminan bagi kehidupan umat Kristen pada
zaman ini yang berada di tengah-tengah
antara nilai-nilai iman dan nilai-nilai hidup bermasyarakat, pilihan
serta tindakan yang diambil mestinya di dasarkan pada prinsip yang seimbang,
dan terutama tidak menjadi batu sandungan.
•
Yang kedua yaitu di dalam tingkah laku kita
sebagai orang Kristen yang memang benar-benar dewasa, hendaklah kita jangan
menyombongkan diri atas anugerah( kebebasan) yang Tuhan telah berikan pada kita
dengan berlaku seenaknya.namun yang lebih penting adalah mengenal Allah secara
benar melalui persekutuan dengan-Nya.
Karena kebebasan berjalan seiring dengan kasih serta apapun yang kita
lakukan, baik makan maupun minum hendaklah itu akan kita lakukan hanya untuk
memuliakan Allah.
•
Martin Luther pernah berkata:” Orang
Kristen adalah tuan yang paling bebas, tidak tunduk kepada siapapun, Orang
Kristen adalah hamba yang paling patuh, tunduk kepada semua. Artinya: Tuan, karena telah menjadi orang
yang merdeka( bebas dari dosa), namun juga tunduk kepada semua di dalam kasih Tuhan.
Trima kasih sudah membantu, Tuhan Memberkati
BalasHapus