Jumat, 14 Maret 2014

Makanan yang dipersembahkan kepada berhala (1 Kor.8:1-11:1)

Makanan yang dipersembahkan kepada berhala (1 Kor.8:1-11:1)

Oleh :

Feri andrianto
KristyasWidyaningrum
Vesdi sanda
Masalah:
1.      Jemaat Korintus dibingungkan oleh apakah orang Kristen boleh makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala atau tidak?
·         Bolehkah orang yang sudah percaya  duduk hadir dalam ritual penyembahan berhala untuk makan bersama disana?
·         Bolehkah orang yang sudah percaya makan daging yang dijual di pasar?
·         Bolehkah orang yang sudah percaya hadir dalam undangan makan ke rumah seorang penyembah berhala?
Latar Belakang:
      Korintus adalah salah satu kota yang paling kaya dan paling berpengaruh karena menjadi jalur perdagangan utama kekaisaran Romawi.  Korintus juga terletak pada persimpangan jalan kebudayaan pada masa itu karena orang Mesir, orang Siria, orang Asia dan orang Yahudi menetap disana dengan membawa berbagai pengaruh budaya.  Namun sangat disayangkan karena kota ini memiliki reputasi nilai moral paling rendah yang disebabkan oleh ritual-ritual keagamaan.
      Di Korintus pernah mempunyai seribu imam wanita yang merangkap sebagai pelacur bhakti di daerah perbatasan sebagai pemujaan yang dilakukan di kuil Afrodite, dewi cinta.  Di kuil-kuil pemujaan tersebut terdapat ruang-ruang makan yang ada di samping bangunan kuil sebagai tempat makan daging yang dipersembahkan kepada berhala dan ruangan tersebut biasa digunakan sebagai tempat pertemuan sosial dan budaya orang Korintus.
(J.I. Packer, Ensiklopedi Fakta Alkitab 2(Malang:Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 1466.
      Menurut fakta arkeologi di Asklepion, kota Korintus, ruang makan tersebut memiliki tembok empat sisi dan terdapat meja serta tempat pembakaran(anglo) di tengahnya sebagai tempat penyimpanan daging yang sudah dipersembahkan kepada dewa-dewa mereka untuk dihidangkan.
(WitheringtonIII,Ben.  Conflict & Community in Corinth.  Grand rapids, Michigan: Williams B. Eerdmans Publishing Company,1994,188.)

Ritual persembahan korban menurut tradisi orang Yunani:
      Korban adalah makanan yang dipersembahkan untuk dewa karena menurut kepercayaan mereka, para dewa juga memiliki nafsu seperti manusia sehingga dewa tersebut makan sedikit dari persembahan mereka.
      Tradisi persembahan korban ini dipercaya dapat menyucikan orang yang memakannya sehingga dewa-dewa yang mereka puja berpihak kepadanya.
J.I. Packer, Ensiklopedi Fakta Alkitab 1(Malang:Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 197.
      Daging persembahan berhala ialah sisa-sisa dari hewan yang dikorbankan kepada dewa-dewa kafir. Hewan itu dipersembahkan sebagai korban pribadi maupun kurban umum, bagian-bagian tertentu dari daging yang tersisa adalah untuk pihak yang memberikan kurban itu.
      Rasul paulus menjawab pertanyaan jemaat Korintus mengenai daging persembahan(1 Kor.8:1a), kata daging yang digunakan disini adalah
      εἰδωλοθύτων, berasal dari kata εἰδωλοθύτos, neuter-Genetif-jamak, yang berarti “daging yang dipersembahkan kepada berhala.” Mengacu pada daging kurban yang dibakar di altar, sebagian dimakan pada makanan yang serius di kuil(dipersembahkan kepada dewa), dan sebagian dijual di pasar untuk digunakan di rumah. Dari sudut pandang Yahudi itu haram dan karenanya dilarang.
William F. Arndty And F. Wilbur Gingrich Greek English Leksikon Of The New Testament And Other Early Christian Literature, (Chicago : The University Of Chicago Press , 1979) Hal 221, kata εἰδωλοθύτos.)
      Kurban Pribadi
Korban yang dipersembahkan kepada dewa yang dipuja sebagai pendamaian atas dirinya sendiri dengan mengharapkan keuntungan pribadi.
      Kurban Umum
Korban yang diberikan atas nama kelompok dalam jumlah yang besar bagi kepentingan sekelompok orang.
(Wycliffe,624)
      Jika hewan itu dikurbankan sebagai persembahan pribadi, maka daging sisanya bisa dimanfaatkan untuk hidangan pesta dengan mengundang para kerabat pihak yang mempersembahkan korban.
       Jika hewan itu dikorbankan sebagai persembahan umum, maka daging yang tersisa, sesudah bagian-bagian yang diinginkan diambil oleh para pejabat, bisa dijual ke pasar untuk dijual kembali kepada penduduk kota itu.
      Seringkali  orang-orang Kristen juga turut diundang untuk menghadiri pertemuan tersebut dan makan bersama sekalipun mereka tidak terlibat dalam ritual penyembahan berhala secara langsung bersama dengan mereka.(1 Kor.10:27)
Misuse and Neglect of Archeological Evidence in Some Modern Works on1 Corinthians,” Zeitschrift fur die Neutestamentliche Wissenschaft un die Kunde derAlteren Kirche 83 (1992) 66.
      Di Korintus tidak ada daging yang masih “bersih” dari penyembahan berhala untuk dikonsumsi di rumah-rumah layaknya sekarang ini.  Karena daging dijual biasanya untuk ritual keagamaan.  Kalaupun ada, itu adalah sisa dari daging yang di persembahkan kepada berhala dan dijual di Agora.
      Satu-satunya alternatif adalah tetap membeli daging tersebut dengan alasan memang tidak ada pilihan lain kecuali harus pergi ke Roma.
(Drane, John.  Memahami Perjanjian Baru.  Jakarta:BPK.Gunung Mulia,1986.356)
      I Kor.8:4 a:  menggunakan frasa oidamen hoti (Perfect indicative active 1J)yang seringdigunakan untuk memperkenalkan suatu fakta yang telah diketahui bersama sebelumnya hingga sekarang masih tetap diketahui.
      Ayat 4b ini mengutip Shema,tradisi Yahudi(Ul.6:4)
      Menurut pemahaman mereka hanya ada satu Allah sekalipun mereka mengorbankan persembahan kepada dewa yang mereka juga menyebutnya sebagai allah yang sebenarnya bukan Allah.  Jadi persembahan tersebut adala sia-sia. (Witherington III,200)
      Fakta tersebut adalah alasan teologis atau “pengetahuan”untuk mendukung argumentasi bahwa mereka boleh makan di dalamkuil penyembah berhala.
      Siapa yang dapat memberi alasan itu?
       Sangatmungkin jika mereka adalah orang-orang percaya yang sudah dewasadalam iman dengan latar belakang seorang Yahudi.
Latar Belakang Masalah:
      I Kor.8:7 Paulus berkata bahwa tidak setiap orang memiliki“pengetahuan” seperti itu. Ada sebagian orang yang masih bergumuldengan latar belakang mereka sebelumnya sebagai penyembah berhala(pagan).
      Beragamnya jemaat yang memiliki masing-masing latar belakang mempengaruhi cara pandang mereka terhadap daging tersebut.
      Jadi perbedaan kedua kelompok ini adalah antara mereka yang memilikipengetahuan matang”golongan lemah” dan mereka yang masih belum memilikinya”golongan lemah”.
      Justru hal inilah yang menjadi sumber permasalahan di dalam jemaat.
      Untuk memahami apa yang dimaksudkan Rasul paulus tentang pengetahuan yang sudah dimiliki jemaat korintus maupun paulus dan kasih yang membangun, kita perlu mengupas kembali makna yang sesungguhnya dari kata “pengetahuan” dan  “kasih” dalam teks 1 Kor.8:1
“Tentang daging persembahan berhala kita tahu: "kita semua mempunyai pengetahuan." Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun”

Garis Besar Latar Belakang Masalah:
1.      Overealized Eschatology terhadap keberadaan mereka pada masa present.
2.      Independent/Individualism: kelompok social masyarakat gereja yang saling mengabaikan karena pengetahuan yang mereka miliki dan tidak memperhatikan tindakannya yang dapat menjadi batu sandungan bagi sesamanya.

Eksegese Teks:
·         Kata “pengetahuan”:
      γνῶσιν, berasal dari kata γνῶσις, bentuk feminism akuisatif tunggal, yang berarti “pengetahuan.” Menandakan kecerdasan umum atau pemahaman. pengetahuan umum agama Kristen, pengetahuan yang lebih sempurna dan lebih dalam dari agama ini, hukum penuh dan hal-hal haram bagi Kristen. Pengetahuan yang lebih tinggi dari hal-hal ilahi Kristen dimana guru palsu bermegah.
(William F. Arndty And F. Wilbur Gingrich Greek English Leksikon Of The New Testament And Other Early Christian Literature, (Chicago : The University Of Chicago Press , 1979) Hal 119, kata γνῶσις.)
      Dalam pembahasannya tentang penggunaan makanan yang ditawarkan kepada berhala Paul menuliskan: "kita tahu bahwa kita semua memiliki pengetahuan (gnosis). Salah satu yang mungkin adalah makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala yang menurut pemahaman mereka tidak menjadi masalah untuk di konsumsi. Orang yang memiliki gnosis adalah orang yang mengetahui keberadaan Allah yang sejati dan keberadaan-Nya dari semula yang Ilahi. (Brown,NDNT, hal 401-402, kata γνῶσις)
      Kata “Kasih”:
      ἀγάπη Noun-Nominative Feminin Singular. Kasih dalam konteks ini menjelaskan mengenai kata benda yang berfungsi sebagai subjek/pelaku dari suatu tindakan yang dilakukan secara terus menerus untuk membangun orang.
      Arti:  Sumber motivasi untuk menerapkan kasih sesuai dengan yang Tuhan kehendaki yaitu terus membangun orang.
       Jadi, dalam hal ini kasih mengacu pada kasih Ilahi yang menjadi sumber untuk bertindak/membangun orang secara terus menerus.
Nasehat/perintah Rasul Paulus:
1 Korintu 10:23
Πάντα ἔξεστιν, ἀλλ’ οὐ πάντα συμφέρει. πάντα ἔξεστιν, ἀλλ’ οὐ πάντα οἰκοδομεῖ.
“semua adalah sah tapi tidak semua menguntungkan, semua adalah sah tapi tidak semua membangun”
Συμφέρει: bisa di samakan dengan pernyataan οἰκοδομεῖ, yaitu membangun jemaat.  (TDNT vol IX     hal 76.)
1 Korintus 10: 24
μηδεὶς τὸ ἑαυτοῦ ζητείτω ἀλλὰ τὸ τοῦ ἑτέρου.
Hendaklah tak seorangpun mencari yang terbaik bagi dirinya, tapi bahwa bagi orang lain
Ζητείτω: hendaklah dia mencari merupakan suatu perintah
Jadi rasul Paulus memerita kepada jemaat di korintus untuk mencari yang terbaik bukan untuk dirinya tapi untuk sesamanya (orang lain).
Pertanyaan:
Bolehkah orang yang sudah percaya duduk hadir dalam ritual penyembahan berhala untuk makan bersama disana?
Jawaban:
(I Kor.10:6,7,14,20,21)
·        1 Korintus 10: 18
·        βλέπετε τὸν Ἰσραὴλ κατὰ σάρκα· οὐχ οἱ ἐσθίοντες τὰς θυσίας κοινωνοὶ τοῦ θυσιαστηρίου εἰσίν;
·         Terjemahan : Mempertimbangkan Israel menurut daging,  tidakkah itu makan korban tersebut sesama mengambil bahagian dari altar tersebut ?
·         Menurut Pauls θυσία akrab dengan kedua kultus korban di PL dan Yahudi di satu sisi, dan bahwa hal itu penyembahan berhala di sisi yang lain. Dia menyadari bahwa persekutuan dengan dewa adalah tujuan dari makanan kurban. (TDNT vol 3, 184 kata Tusia.)
·         Paulus menegaskan kepada jemaat di Korintus bahwa orang yang turut dalam perjamuan di kuil telah ikut dalam persekutuan dengan dewa tersebut, dalam hal ini dengan setan-setan. Dan hal itu tidak boleh dilakukan.
·         Dalam I Kor 10 kita bisa melihat bahwa peringatan Paulus bukan hanya untuk orang yang lemah hati nuraninya namun juga Paulus memperingatkan kepada orang-orang yang memiliki “ Pengetahuan” untuk mereka tidak terlalu percaya diri atau sombong. 1 Kor 10:12 “ Sebab, bila engkau menyangka engkau teguh berdiri, hati-hatilah supaya jangan engkau jatuh”.
·       1 Korintus 10: 20
·       ἀλλ’ ὅτι ἃ θύουσιν, δαιμονίοις καὶ οὐ Θεῷ θύουσιν· οὐ θέλω δὲ ὑμᾶς κοινωνοὺς τῶν δαιμονίων γίνεσθαι.
·         “Tetapi bahwa pengorbanan itu untuk setan setan dan mereka tidak sedang mengorbankan kepada Allah, dan saya tidak sedang berharap kamu apalagi untuk menjadi sesama  dengan setan-setan”
·         Paulus menjelaskan bahwa pengorbanan kepada berhala itu bukan pengorbanan kepada Allah tetapi kepada setan-setan, sehingga Paulus mengajarkan mereka untuk tidak menjadi sesama atau menjadi sekutu dengan setan-setan.
·         Paulus menasehati jemaat Korintus baik yang “berpengetahuan” maupun yang “kurang pengetahuannya” untuk : Jauhilah penyembahan berhala (10:14). Paulus mau untuk mereka belajar dari pengalaman bangsa Israel di padang gurun.Di dalam I Kor 10:18-21 mengatakan bahwa bangsa Israel saat makan apa yang dipersembahkan berhala maka secara otomatis akan mendapat bagian di dalam mezbah tersebut. (J.KnoxChamblin, “Paulus Dan Diri”,149-150.)
·         Paulus mengatakan bahwa Orang Israel telah menerima pemeliharaan Allah secara berlimpah (10:1-4); namun demikian sebagian besar dari mereka dijatuhi hukuman Allah karena dosa mereka yang berawal dari penyembahan berhala ( 10:5-10). Paulus mengingatkan kepada jemaat di Korintus bahwa mereka memang telah menerima anugerah dari Allah dalam kepenuhan manifestasi eskatologis( 10:11) namun itu belum sempurna, dan bukan berarti mereka tidak dapat jatuh dalam dalam dosa , oleh karena itu Paulus mengingatkan untuk mereka berhati-hati untuk tidak salah menempatkan percaya diri mereka karena kalau terlalu sombong dengan iman mereka maka ,mereka bisa jatuh.  Maka dari itu Paulus dengan tegas mengatakan jangan duduk di kuil dan ikut makan di sana, bukan karena makanannya dan memang berhala itu bukanlah apa-apa namun ketika mereka duduk dan makan bersama di sana maka kuasa gelap bisa memanfaatkan berhala-berhala itu untuk menjauhkan diri mereka kepada Allah serta secara tidak sadar kita ikut dalam penyembahan berhala.  Hal ini berhubungan dengan overrealized Eschatologi.

  • Karena setelah mereka bertobat, hati nurani memberi tahu mereka bahwa penyembahan berhala adalah dosa berat, tetapi setelah melihat saudara-saudara seiman yang mereka segani, begitu berani berbagi dalam persembahan berhala, mereka bisa saja tidak mampu untuk membedakan kekafiran dan kekristenan, dan bahayanya mereka akan terdorong untuk melakukan penyembahan berhala yang akan membuat mereka binasa.  J.KnoxChamblin, “Paulus Dan Diri”,149-150.
Pertanyaan:
Bolehkah orang yang sudah percaya makan daging yang dijual di pasar?
      Jawaban:
(I Kor.10: 25,26)
Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.  Karena: "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan."
·        1 Korintus 10:25
·        Πᾶν τὸ ἐν μακέλλῳ πωλούμενον ἐσθίετε μηδὲν ἀνακρίνοντες διὰ τὴν συνείδησιν
·         “semuanya (yang) dijual di pasar daging untuk dimakan tidak ada bertanya karena hati nurani.”
·         Rasul paulus mengajarkan bahwa apa yang dijual  dipasar adalah boleh untuk dimakan dan jemaat saat hendak membelinya, tidak perlu mereka bertanya tentang asal dari makanan tersebut, apakah dari kuil atau tidak.
·         Dalam konteks ini Paulus menasehatkan untuk tidak memandang makanan sebagai sumber permasalahan diantara mereka.  Karena makanan tidak membawa mereka lebih dekat dengan Allah, mereka tidak rugi apa-apa  kalau tidak memakan daging tersebut dan tidak akan berkelimpahan saat memakan daging tersebut.  Sehingga segala makanan yang ada boleh dimakan asalkan tidak menjadi syak bagi orang lain yang pengetahuannya masih lemah.
·         Jika mereka makan dengan memeriksa hati nurani terlebih dahulu dengan mempertanyakan status daging tersebut(haram/halal) karena daging tersebut berasal dari kuil yaitu sisa berhala, maka secara tidak sadar mereka mengakui keberadaan dewa-dewa tersebut dan kuasa yang ada di dalam sisa korban persembahan mereka.  Sikap hati itulah yang menentukan orang tersebut boleh makan daging tersebut atau tidak. 
            Pertanyaan:
Bolehkah orang yang sudah percaya hadir dalam undangan makan ke rumah seorang penyembah berhala?
            Jawaban:
·        1 Korintus 10:27
·        εἴ τις καλεῖ ὑμᾶς τῶν ἀπίστων καὶ θέλετε πορεύεσθαι, πᾶν τὸ παρατιθέμενον ὑμῖν ἐσθίετε μηδὲν ἀνακρίνοντες διὰ τὴν συνείδησιν
·         Jika siapapun dari orang tidak percaya sedang mengundang kamu sekalian dan kau sekalian sedang ingin untuk pergi, semuanya yang di taruh di depan kamu sekalian untuk dimakan , tidak ada ( jangan) bertanya karena hati nurani
·         Rasul paulus juga mengajarkan bahwa jika mereka (jemaat) diundang oleh orang yang tidak percaya ke rumah mereka, dan mereka hendak mau pergi, maka apapun yang di hidangkan kepada mereka mereka boleh memakannya.  Paulus mengatakan supaya mereka jangan bertanya kepada yang menghidangkan apakah makanan itu makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala atau tidak.
·         Pada I Korintus 10:27, Paulus mengatakan bahwa kamu diundang makan oleh orang yang tidak percaya maka terimalah tanpa mengadakan pemeriksaan hati nurani yaitu menyelidiki apakah itu makanan sisa dari penyembahan berhala atau tidak.  Karena makanan tidak membuat kita jauh dari Allah dan juga makanan tidak membuat kita dekat dengan Allah serta bukan hanya itu, kita tahu bahwa Allah itu satu dan berhala bukanlah Allah, iblis juga tidak bisa makan makanan yang sifatnya materi serta segala sesuatu itu diciptakan Allah dan dikuduskan melalui iman kita kepada Kristus.  Tentunya semua harus diimbangi dengan prinsip kasih agar tidak menajdi batu sandungan bagi sesama.

3 pertimbangan dalam konteks berjemaat secara garis besar yaitu:
      1. Pertimbangan motivasi: Kasih sebagai prinsip tertinggi(8:1-3)
      2. Pertimbangan Teologis: Hanya ada satu Allah saja.(8:4,6,8). Mengenai sikap kita terhadap netralitas makanan, Paulus menganjurkan (jika kita tidak makan, kita tidak kekurangan. Jika kita makan, kita juga tidak berkelimpahan).
      3.Pertimbangan Praktis: jangan menyebabkan orang lain tersandung serta jangan sombong oleh karena pengetahuan yang dimiliki.(8:7-13)
Veritas, SAAT; 129.
      Paulus menyatakan kepada jemaat di Korintus untuk jangan hanya melihat kepada Idealisme iman saja namun juga kepada relasi sosial. Pada pasal 10:32 menuliskan bahwa jangan sampai menimbulkan syak bukan hanya pada orang yang sesama Kristen, namun juga kepada orang Yahudi dan orang Yunani. Juga jangan mementingkan diri sendiri/individualisme namun juga mementingkan orang lain (10:24).
      Paulus meminta mereka untuk mengikuti teladannya yaitu tidak menggunakan haknya meskipun dia pantas untuk menerimanya, namun jika dengan mengambil hak nya itu malah akan menjadi rintangan bagi pemberitaan Injil( 9:12b) kepada orang , maka Paulus memilih untuk tidak menggunakan haknya.
      Paulus mengabarkan kemerdekaan Kristen, ia juga menyuarakan peringatan atas kemerdekaan tersebut “ segala sesuatu diperbolehkan, namun tidak setiap hal berguna’ segala sesuatu diperbolehkan namun tidak segala sesuatu membangun”.( 10:23)
Eksposisi:
      Situasi yang dialami oleh jemaat Korintus kiranya juga bisa menjadi cerminan bagi kehidupan umat Kristen pada zaman ini yang berada di tengah-tengah  antara nilai-nilai iman dan nilai-nilai hidup bermasyarakat, pilihan serta tindakan yang diambil mestinya di dasarkan pada prinsip yang seimbang, dan terutama tidak menjadi batu sandungan.
       Yang kedua yaitu di dalam tingkah laku kita sebagai orang Kristen yang memang benar-benar dewasa, hendaklah kita jangan menyombongkan diri atas anugerah( kebebasan) yang Tuhan telah berikan pada kita dengan berlaku seenaknya.namun yang lebih penting adalah mengenal Allah secara benar melalui persekutuan dengan-Nya.  Karena kebebasan berjalan seiring dengan kasih serta apapun yang kita lakukan, baik makan maupun minum hendaklah itu akan kita lakukan hanya untuk memuliakan Allah.

      Martin Luther pernah berkata:” Orang Kristen adalah tuan yang paling bebas, tidak tunduk kepada siapapun, Orang Kristen adalah hamba yang paling patuh, tunduk kepada semua.  Artinya: Tuan, karena telah menjadi orang yang merdeka( bebas dari dosa), namun juga tunduk kepada semua  di dalam kasih Tuhan.

1 komentar: